Post by ohmygoodness on May 16, 2007 18:01:18 GMT 7
Berdasarkan berita KOMPAS, edisi hari ini, tgl 16 Mei 2007. Isi beritanya sbb:
Berbagai wilayah di Indonesia saat ini memiliki variabilitas suhu yang tidak menentu sehingga berdampak pada kondisi cuaca yang berbeda-beda. Beberapa wilayah dengan suhu panas telah menimbulkan penguapan air pembentuk awan dan menimbulkan hujan di sejumlah wilayah di Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.
Akumulasi awan yang menimbulkan hujan masih berpeluang terjadi di sebagian wilayah Indonesia, meliputi Kalimantan bagian tengah, Sumatera bagian utara dan barat, Jawa bagian barat, serta Sulawesi bagian barat daya, selama sepekan ini.
Demikian disampaikan Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Agroklimat Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Soetamto, Selasa (15/5).
"Variabilitas kondisi cuaca di beberapa wilayah Indonesia masih terus terjadi ditunjukkan oleh naik-turun suhu udara. Untuk sebagian wilayah, perubahan suhu itu belum menunjukkan tren secara regional bahwa Indonesia akan memasuki musim kemarau," kata Soetamto.
Menurut dia, bahkan saat ini kondisi cuaca di Indonesia mengarah pada fase La Nina, yang anomali cuaca yang berdampak pada terjadinya hujan berkepanjangan di berbagai wilayah Nusantara ini.
Akan tetapi ditengarai kondisi uap air yang terjadi masih berasal dari kawasan Indonesia, bukan kiriman dari Samudera Pasifik.
Timbulnya La Nina
La Nina merupakan gejala penyimpangan cuaca—kebalikan dari El Nino. La Nina timbul ketika suhu muka laut di Samudera Pasifik sebelah barat atau sekitar perairan Indonesia lebih panas daripada normalnya dan menimbulkan uap air atau distribusi awan yang bergerak ke barat, masuk wilayah Indonesia. Akumulasi awan yang terbentuk kemudian mengakibatkan hujan berkepanjangan di berbagai wilayah Indonesia.
Fenomena La Nina akan berdampak lebih buruk bila terjadi pada masa musim penghujan. Bahkan akan kian buruk bila dibarengi munculnya fenomena Indian Dipole Mode Event, yaitu berupa menghangatnya suhu muka laut di Samudera Hindia sebelah barat Sumatera. Kondisi cuaca ini juga menimbulkan distribusi awan ke wilayah Indonesia dari wilayah barat dan selatan Indonesia.
Kondisi sebaliknya terjadi pada fase El Nino, muka laut pada Samudera Pasifik dingin sehingga tidak menimbulkan penguapan air. Kondisi udara akan cenderung kering dan menimbulkan kemarau di Indonesia berkepanjangan pula.
Lebih lanjut, Kepala Pusat Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Harsono mengharapkan agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab terjadinya kekacauan cuaca di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan di perairan Indonesia pada tahun 1983, papar Harsono, menunjukkan pernah terjadi kenaikan suhu muka laut hingga empat derajat Celsius dari normalnya. Arus panas tersebut mengalir dari Laut China Selatan menuju wilayah Kepulauan Riau, Laut Jawa, hingga ke perairan sekitar Bali. Kondisi ini mengakibatkan 90 persen terumbu karang di wilayah tersebut mati.
Penyebab Anomali
Anomali cuaca saat ini, tegas Harsono, perlu ditelusuri penyebab sesungguhnya. Saat ini diketahui suhu muka laut tidak dalam keadaan ekstrem panas atau dingin sehingga diduga ada faktor lain yang memicu kondisi musim hujan yang berkepanjangan saat ini.
Sedangkan, menurut Soetamto, sebenarnya musim hujan yang berkepanjangan itu pun sebagai kondisi yang alamiah. Ia mencontohkan, pada tahun 2002 juga pernah terjadi musim hujan lebih panjang beberapa bulan di sebagian wilayah Indonesia, yaitu berlangsung sampai Juli.
"Sebelumnya, pada tahun 1998, bahkan musim hujan di sebagian wilayah Indonesia berlangsung hingga Juli-Agustus. Karena itu, tahun ini musim hujan yang akan terus turun sepanjang Mei 2007 sudah diprediksikan BMG. Ini juga disebabkan faktor yang alami sebagai tanda menuju fase La Nina," kata Soetamto.
Berbagai wilayah di Indonesia saat ini memiliki variabilitas suhu yang tidak menentu sehingga berdampak pada kondisi cuaca yang berbeda-beda. Beberapa wilayah dengan suhu panas telah menimbulkan penguapan air pembentuk awan dan menimbulkan hujan di sejumlah wilayah di Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.
Akumulasi awan yang menimbulkan hujan masih berpeluang terjadi di sebagian wilayah Indonesia, meliputi Kalimantan bagian tengah, Sumatera bagian utara dan barat, Jawa bagian barat, serta Sulawesi bagian barat daya, selama sepekan ini.
Demikian disampaikan Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Agroklimat Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Soetamto, Selasa (15/5).
"Variabilitas kondisi cuaca di beberapa wilayah Indonesia masih terus terjadi ditunjukkan oleh naik-turun suhu udara. Untuk sebagian wilayah, perubahan suhu itu belum menunjukkan tren secara regional bahwa Indonesia akan memasuki musim kemarau," kata Soetamto.
Menurut dia, bahkan saat ini kondisi cuaca di Indonesia mengarah pada fase La Nina, yang anomali cuaca yang berdampak pada terjadinya hujan berkepanjangan di berbagai wilayah Nusantara ini.
Akan tetapi ditengarai kondisi uap air yang terjadi masih berasal dari kawasan Indonesia, bukan kiriman dari Samudera Pasifik.
Timbulnya La Nina
La Nina merupakan gejala penyimpangan cuaca—kebalikan dari El Nino. La Nina timbul ketika suhu muka laut di Samudera Pasifik sebelah barat atau sekitar perairan Indonesia lebih panas daripada normalnya dan menimbulkan uap air atau distribusi awan yang bergerak ke barat, masuk wilayah Indonesia. Akumulasi awan yang terbentuk kemudian mengakibatkan hujan berkepanjangan di berbagai wilayah Indonesia.
Fenomena La Nina akan berdampak lebih buruk bila terjadi pada masa musim penghujan. Bahkan akan kian buruk bila dibarengi munculnya fenomena Indian Dipole Mode Event, yaitu berupa menghangatnya suhu muka laut di Samudera Hindia sebelah barat Sumatera. Kondisi cuaca ini juga menimbulkan distribusi awan ke wilayah Indonesia dari wilayah barat dan selatan Indonesia.
Kondisi sebaliknya terjadi pada fase El Nino, muka laut pada Samudera Pasifik dingin sehingga tidak menimbulkan penguapan air. Kondisi udara akan cenderung kering dan menimbulkan kemarau di Indonesia berkepanjangan pula.
Lebih lanjut, Kepala Pusat Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Harsono mengharapkan agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab terjadinya kekacauan cuaca di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan di perairan Indonesia pada tahun 1983, papar Harsono, menunjukkan pernah terjadi kenaikan suhu muka laut hingga empat derajat Celsius dari normalnya. Arus panas tersebut mengalir dari Laut China Selatan menuju wilayah Kepulauan Riau, Laut Jawa, hingga ke perairan sekitar Bali. Kondisi ini mengakibatkan 90 persen terumbu karang di wilayah tersebut mati.
Penyebab Anomali
Anomali cuaca saat ini, tegas Harsono, perlu ditelusuri penyebab sesungguhnya. Saat ini diketahui suhu muka laut tidak dalam keadaan ekstrem panas atau dingin sehingga diduga ada faktor lain yang memicu kondisi musim hujan yang berkepanjangan saat ini.
Sedangkan, menurut Soetamto, sebenarnya musim hujan yang berkepanjangan itu pun sebagai kondisi yang alamiah. Ia mencontohkan, pada tahun 2002 juga pernah terjadi musim hujan lebih panjang beberapa bulan di sebagian wilayah Indonesia, yaitu berlangsung sampai Juli.
"Sebelumnya, pada tahun 1998, bahkan musim hujan di sebagian wilayah Indonesia berlangsung hingga Juli-Agustus. Karena itu, tahun ini musim hujan yang akan terus turun sepanjang Mei 2007 sudah diprediksikan BMG. Ini juga disebabkan faktor yang alami sebagai tanda menuju fase La Nina," kata Soetamto.