Post by rajah on Feb 4, 2009 11:19:30 GMT 7
Saya pernah menerima e-mail dari teman sehobi di Australia. Dia menanyakan tentang keberadaan suatu jenis tanaman yang belum jelas identifikasinya.
Kisahnya sebagai berikut; pada tahun 1943, 4 orang serdadu sekutu asal Australia yang berhasil lolos dari tawanan Jepang masuk ke sebuah hutan di Sumatera Selatan, tepatnya 20 km sebelah Selatan Lampung (dulu Oosthaven).
Pada waktu itu mereka memakan buah kecil berwarna kehijauan, berbentuk serupa buah prickly pear. Rasanya agak pahit namun tidak bisa dikatakan tidak enak. Buah ini setelah dimakan, menimbulkan sensasi seksual yang akut yang mereka istilahkan dengan "....acute sexual embarrasment". Menurut teman saya yang dimaksud dengan ungkapan tersebut adalah rangsangan birahi, sejenis efek yang diperoleh dari zat-zat afrodisiak. Efek aneh tersebut berlangsung selama sekitar satu jam dan akhirnya hilang.
Menurut penduduk kampung di sekitar hutan itu, buah itu berasal dari sejenis pohon yang mereka namakan "..... obat guna" atau dalam istilah mereka (serdadu itu) sebagai charm tree.
Tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai buah tersebut, tapi yang saya tahu prickly pear adalah buah berwarna merah berbentuk bulat telur dengan permukaan bertekstur benjol-benjol, sekilas seperti buah ara. Namun prickly pear bukan asli tanaman Indonesia. Seperti inilah buah prickly pear:
Yang pertama kali terlintas di pikiran saya adalah buah ara (Ficus spp). Buah ara banyak sekali jenisnya namun secara tipikal berbentuk seperti ini:
Namun pikiran ini segera saya kesampingkan sebab tekstur buah ara sama sekali tidak mirip prickly pear. Dan penyebaran Ficus (Fig dalam bahasa Inggris) sangat luas, sehingga saya menduga tidak mungkin, atau sangat kecil kemungkinannya bahwa orang Australia tidak mengenali buah ara.
Terlintas juga dalam benak saya bahwa kemungkinan yang mereka maksud adalah buah mengkudu (noni), yang bernama botani Morinda citrifolia. Bentuknya memang agak mendekati buah prickly pear:
Saya sendiri ragu dengan nama "obat guna", atau mungkinkah yang dimaksud penduduk kampung itu adalah "obat guna-guna" sebab tidak mungkin kata "guna" diterjemahkan menjadi "charm". Bukankah "charm" bisa diterjemahkan pesona, dan kalau mau diinterprestasikan lebih lanjut bisa saja menjadi "daya tarik" atau "pemikat" dan dalam budaya kita hal itu mendekati istilah "guna-guna".
Lebih jauh lagi, dengan adanya kendala bahasa, komunikasi antara para serdadu Australia itu dengan penduduk lokal kemungkinan mengalami penyimpangan makna. Barangkali penduduk kampung hanya berusaha untuk menjelaskan bahwa tumbuhan itu "berguna" atau dengan kata lain berkhasiat sebagai obat. Tetapi ditafsirkan oleh mereka sebagai "obat guna".
Kisah itu ditulis dalam sebuah buku berjudul "You'll Die in Singapore" oleh Charles McCormac. Selengkapnya bisa dibaca Di sini.
Saya kutipkan teks dari buku tersebut:
Circa 1943, about 20 kilometers south of "Oasthaven" on the island of Sumatra, four escaped POW's report eating several each of "...a number of small greenish fruit, not unlike the prickly pear. .... slightly bitter but not unpleasant." These fruit caused an "...acute sexual embarrassment.." to all four which lasted "... for nearly an hour before suddenly subsiding."
Inquiries the next day of villagers at a nearby kampong elicited that the fruit were from the "... Obat Guna, charm tree." No more was forthcoming and apparently the villagers were somewhat secretive on the subject.
Misterius, memang.
Salam,
David
Kisahnya sebagai berikut; pada tahun 1943, 4 orang serdadu sekutu asal Australia yang berhasil lolos dari tawanan Jepang masuk ke sebuah hutan di Sumatera Selatan, tepatnya 20 km sebelah Selatan Lampung (dulu Oosthaven).
Pada waktu itu mereka memakan buah kecil berwarna kehijauan, berbentuk serupa buah prickly pear. Rasanya agak pahit namun tidak bisa dikatakan tidak enak. Buah ini setelah dimakan, menimbulkan sensasi seksual yang akut yang mereka istilahkan dengan "....acute sexual embarrasment". Menurut teman saya yang dimaksud dengan ungkapan tersebut adalah rangsangan birahi, sejenis efek yang diperoleh dari zat-zat afrodisiak. Efek aneh tersebut berlangsung selama sekitar satu jam dan akhirnya hilang.
Menurut penduduk kampung di sekitar hutan itu, buah itu berasal dari sejenis pohon yang mereka namakan "..... obat guna" atau dalam istilah mereka (serdadu itu) sebagai charm tree.
Tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai buah tersebut, tapi yang saya tahu prickly pear adalah buah berwarna merah berbentuk bulat telur dengan permukaan bertekstur benjol-benjol, sekilas seperti buah ara. Namun prickly pear bukan asli tanaman Indonesia. Seperti inilah buah prickly pear:
Yang pertama kali terlintas di pikiran saya adalah buah ara (Ficus spp). Buah ara banyak sekali jenisnya namun secara tipikal berbentuk seperti ini:
Namun pikiran ini segera saya kesampingkan sebab tekstur buah ara sama sekali tidak mirip prickly pear. Dan penyebaran Ficus (Fig dalam bahasa Inggris) sangat luas, sehingga saya menduga tidak mungkin, atau sangat kecil kemungkinannya bahwa orang Australia tidak mengenali buah ara.
Terlintas juga dalam benak saya bahwa kemungkinan yang mereka maksud adalah buah mengkudu (noni), yang bernama botani Morinda citrifolia. Bentuknya memang agak mendekati buah prickly pear:
Saya sendiri ragu dengan nama "obat guna", atau mungkinkah yang dimaksud penduduk kampung itu adalah "obat guna-guna" sebab tidak mungkin kata "guna" diterjemahkan menjadi "charm". Bukankah "charm" bisa diterjemahkan pesona, dan kalau mau diinterprestasikan lebih lanjut bisa saja menjadi "daya tarik" atau "pemikat" dan dalam budaya kita hal itu mendekati istilah "guna-guna".
Lebih jauh lagi, dengan adanya kendala bahasa, komunikasi antara para serdadu Australia itu dengan penduduk lokal kemungkinan mengalami penyimpangan makna. Barangkali penduduk kampung hanya berusaha untuk menjelaskan bahwa tumbuhan itu "berguna" atau dengan kata lain berkhasiat sebagai obat. Tetapi ditafsirkan oleh mereka sebagai "obat guna".
Kisah itu ditulis dalam sebuah buku berjudul "You'll Die in Singapore" oleh Charles McCormac. Selengkapnya bisa dibaca Di sini.
Saya kutipkan teks dari buku tersebut:
Circa 1943, about 20 kilometers south of "Oasthaven" on the island of Sumatra, four escaped POW's report eating several each of "...a number of small greenish fruit, not unlike the prickly pear. .... slightly bitter but not unpleasant." These fruit caused an "...acute sexual embarrassment.." to all four which lasted "... for nearly an hour before suddenly subsiding."
Inquiries the next day of villagers at a nearby kampong elicited that the fruit were from the "... Obat Guna, charm tree." No more was forthcoming and apparently the villagers were somewhat secretive on the subject.
Misterius, memang.
Salam,
David