|
Post by adynepenthes on Sept 7, 2009 21:32:22 GMT 7
Saya bermaksud merangkum seluruh data hasil perkawinan sesama rafflesiana untuk keperluan mendata genetik warna dan corak pada kantong Nepenthes rafflesiana. dengan data: jantan (warna dan corak kantong) betina ( warna dan corak kantong) keturunan (warna dan corak kantong) masing2 warna dan corak KIRA2 berapa persen dari total keturunan. misal: hijao-polos x Merah(dasar)- bintik keturunan: 50% merah polos, 50% hijao(dasar)-bintik
Mohon bantuannya.
trims, Ady
|
|
|
Post by yumcatz on Sept 8, 2009 4:22:28 GMT 7
Hmm, menarik ini. Entar saya coba buat mirabilis sama gracilis di rumah, ah, beberapa tahun lagi ;D. Tapi sayang hijau polosnya hasil stek semua. -_-. . Yang saya bingung itu tentang triploid dan monoid itu. Apa itu berarti tipe 'giant' mandul karena itu mutasi (nepenthes diploid, kan)??
|
|
|
Post by asrofi on Sept 8, 2009 8:13:33 GMT 7
wah..udah masuk ke dunia klenik kromosom... udah lama gak ngomongin kromosom semenjak dari SMA dulu.. mungkin perlu di perhatikan juga sifat dominan ato resesif dari corak, warna ato yang lainnya..
terus semangat kang ady..
|
|
|
Post by handarius on Sept 8, 2009 9:01:56 GMT 7
Kayaknya hukum Mendell bisa dijadikan acuan tuh...
|
|
|
Post by rajah on Sept 8, 2009 11:37:06 GMT 7
Untuk membantu pak Ady ini bagaimana kalau pak Ady membagikan biji silangannya kepada anggota forum dengan catatan yang dibagi akan memelihara sampai berkantong dan memberikan data yang berharga tsb. ke pak Ady.
Saya setuju pak Handa, hasilnya kira-kira tidak akan jauh dari hukum Mendel. Dalam hal ini yang ingin diamati pak Ady baru dua sifat yaitu warna dasar kantong (hijau atau merah) dan corak kantong (bintik atau polos). Masih ada sifat2 lain yang menarik seperti bentuk kantong (bulat/panjang), corak peristome (polos/bergaris)
Kalau dari pengamatan sekilas sepertinya sifat kantong polos itu resesif sedangkan bintik dominan, karena saya lebih banyak melihat kantong raffles yang berbintik.
Untuk mengetahui persis mana sifat yang dominan dan mana yang resesif, mungkin data yang harus diamati bukan cuma generasi keturunan pertama (F1) tapi juga F2 dan seterusnya. Butuh banyak biji, banyak waktu. Sementara kebanyakan dari kita di sini tidak/belum punya indukan rafflesiana betina dan jantan sekaligus.
Pengalaman saya, mencari nepenthes berbunga tidak gampang. Saya sudah pernah beberapa kali mencari Nepenthes yang sudah berbunga ke pedagang Nepenthes di Kalimantan, ketika saya tanyakan malah dia balik nanya, "maksudnya Nepenthes yang sudah berkantong?".... rupanya dia pikir saya tidak tahu bedanya kantong dan bunga. Ini mungkin karena kebanyakan orang/pembeli menyangka bahwa kantong itu adalah bunga, dan faktanya hampir semua pembeli Nepenthes bukan mencari bunga tetapi kantong. Itu sebabnya jarang ada penjual Nepenthes menjual Nepenthes yang berbunga.
Untuk mendapatkan kesimpulan/rangkuman yang lebih cepat, bisa digunakan spesies yang lebih cepat tumbuhnya seperti N. globosa atau mirabilis.
|
|
|
Post by dhanthon on Sept 8, 2009 15:05:47 GMT 7
wah,kayaknya ini akan jadi hal yang menarik klo semua data terekam semua. bakalan bisa memperkirakan hasil anakan dari persilangan nanti. ;D ;D
|
|
|
Post by rajah on Sept 8, 2009 16:16:54 GMT 7
Dengan asumsi sifat kantong N. rafflesiana warna dasar merah dan bintik dominan, sedangkan hijau dan polos resesif, saya buat sedikit coretan yang mengacu ke Mendel, siapa tahu berguna:
|
|
|
Post by adynepenthes on Sept 8, 2009 18:27:22 GMT 7
rajah iya pak, bener sekali, memang hanya hukum Mendell, tapi saya cuman memperkirakan gen corak(pattern) dan warna dulu. karena kalo sampe ke bentuk kantong takutnya nanti perhitungan matrixnya rumit... sebagai gambaran, pada merpati dulu, gen warna, juga melibatkan gen perubah warna, seperti reduce (R dan r) yang fungsinya mem bleaching warna(peluntur), Dilute (D dan d) , pembuat warna khaki, dll, padahal warna merpati hanya 3: warna Blue B(+)(warna dasar), Ashred B(A), dan brown b. (note (+) dan (A) maksudnya superscript) Nah yang membuat warna merpati hitam legam, adalah gen corak bintik penuh. gen corak ada polos, bintik sedang, bintik rapat, dan bintik penuh. jadi hitam legam itu adalah karena warna blue B(+) yang gabung sama gen corak penuh C(T). Di Indonesia bahkan corak Barless (resesif) c ( c kecil) bisa dikatakan uda hilang. saya memperoleh gen c kecil dari seekor merpati pos dari temen dari negeri paman sam. nah kalo warna Ashred digabung dgn corak penuh jadilah merpati full coklat-bata. jadi kantong warna merah totol hijau, belum tentu dikatakan dasar warna merah, totolnya yang hijau. bisa aja dipengaruhi berbagai gen perubah warna, ataupun gen pembentuk corak. sebagai gambaran dulu pada merpati gen yang menyangkut warna ada 8 variable, dan gen pembentuk corak mungkin lebih dari 10. jadi kalo digabung semua kira2 ada lebih dari 18 variable matrix yang harus dihitung. Nah, perhitungan pak Rajah diatas, itu adalah 2 variable, Mm dan Bb, membentuk 4x4 matrix. kalo 18 variable membentuk berapa x berapa matrix nya??? LoL Pak Rajah, trims, saya mulai tahap mengumpulkan indukan raffles polos hijao, tapi sangat susah mendapat yang stage yang dewasa. apalagi kalo hijao polos adalah dominan, mungkin aja ada gen lain resesif yang bersembunyi. saya tak keberatan membagikan biji rafflesiana jika ada biji. mengingat sudah SEHARUSNYA semua hobiist nepenthes Indonesia harus bisa mengecambahi biji raffles.(raffles kan relatif gampang). atas alasan lebih banyak yang ngerjain lebih baik, maka harap bantuannya dari semua. saya hanya tinggal hitung matrixnya aja.
|
|
|
Post by adynepenthes on Sept 8, 2009 18:38:44 GMT 7
yumcatz umumnya kromosom itu diploid (walau ada tanaman dan sedikit hewan yang poliploid). tanaman banyak dijumpai yg poliploid. beberapa gejala triploid pada manusia bisa tumbuh panjang ato besar, bentar saya cari di wikipedia... en.wikipedia.org/wiki/Chromosomenah disana ada contoh seperti: Klinefelter's syndrome, Turner syndrome (monoploid), XYY syndrome, Triple-X syndrome. monoploid seharusnya membuat lebih kerdil. kemungkinan mandul, tapi saya belum bisa memastikan seratus persen penuh.
|
|
|
Post by rajah on Sept 8, 2009 21:39:31 GMT 7
@ady, memang idealnya dimulai dari yang simpel dulu pak, artinya kita hanya mengamati 1 atau 2 sifat fenotip yang kontras. Misalnya bentuk kantong (squat vs elongated). Sedangkan sifat-sifat fenotip lain seperti corak peristome, lebar sayap, warna kantong dst. diabaikan/dibuat konstan dulu. Jadi nantinya ada beberapa matriks kecil bukan 1 matriks besar. Dan mengenai hubungan antara alel dominan dan resesif pada heterozigot memang tidak selalu menghasilkan sifat fenotip yang identik dengan homozigot-nya, karena dalam genetika ada yang disebut dengan dominansi penuh (complete dominance) dan ada juga dominansi setengah (semi-dominance).
Contohnya kalau mawar merah dikawinkan dengan mawar putih, walaupun putih bersifat resesif tapi kalau hubungan antar alelnya semi-dominance maka keturunan yang dihasilkan bukan semata-mata merah atau putih tetapi gabungan antar keduanya. misalkan pink, putih totol merah renggang, putih totol merah rapat atau corak intermediet lain yang lebih beragam. Hubungan seperti ini saya kira terjadi juga pada merpati atau tanaman lain seperti aglaonema, adenium dsb. Kita juga tahu kan, ada N. rafflesiana kantong pink ?
Khusus untuk warna kantong rafflesiana, saya masih berpendapat bahwa warna hijau polos, broken white, atau sering diebut sebagai 'nivea' itu adalah gen bersifat resesif sedangkan warna di atasnya seperti merah marun itu (berasal dari pigmen pemberi warna merah) bersifat dominan. Contohnya seperti pada Aglaonema 'Pride of Sumatra', warna merah didapat dari Aglaonema rotundum.
Dengan kata lain saya ingin mengatakan. mungkin yang disebut dengan 'corak' itu tidak lain hanya peralihan antara warna dasar hijau polos dengan merah polos. Di antara kedua warna tersebut ada yang disebut putih bercak merah renggang, putih bercak merah agak rapat, putih bercak merah sangat rapat dst.
Dalam kasus ampullaria juga mungkin seperti itu. Hanya ada 2 ekstrimitas warna kantong yaitu hijau polos dan merah tua polos. Nah dalam persilangan2 terjadilah seperti yang terjadi pada rafflesiana itu, sampai dikenal apa yang disebut ampullaria tricolor, yaitu paduan antara warna dasar hijau, merah terang dan merah gelap yang berselang-seling seperti batik.
|
|
|
Post by adynepenthes on Sept 9, 2009 15:14:02 GMT 7
rajah kemungkinan yang bapak maksud adalah pada poliploid, contoh kasusnya pada Hibiscus rosa-sinensis, pada poliploid mereka memiliki banyak set kromosom. tapi pada merpati itu diploid, kromosom berpasangan cuman dua. memang ada kasus serial mutasi pada gen dominan ato resesif, tapi tetap hanya memakai 1 pasang(2) dari salah satu gen mutasi. misal pada merpati B(+) dan B(A) ini ada 2 gen dominan. B(A) adalah mutasinya, B(+) adalah wild form, tetapi tetap dipake berpasangan(2), B(+)b, ato B(A),ato B(+)B(+), ato B(+)B(A), ato bb, dst. Contoh pada bunga yg poliploid, warna bisa bergradasi dari putih, pink mendekati putih, pink, pink mendekati merah dan merah. (mmmm, mmmM, mmMM, mMMM, MMMM) tetraploid. Saat ini, untuk Sementara saya masih berpikir Nepenthes adalah diploid, sesuai dengan kesepakatan kami dgn rekan2 dari Israel , USA, dan UK. kecuali nanti sudah diumumkan hasil pengamatan mikroskopik pada DNA-nya.
|
|
|
Post by adynepenthes on Sept 9, 2009 15:39:53 GMT 7
Nb: jika memang nantinya pada Nepenthes adalah poliploid, anggaplah tetraploid maka cara perhitungannya melibatkan 4 set kromosom: contoh: MMmm x MMMm (pink x pink mendekati merah) nah untuk contoh tabel pak Rajah diatas adalah diploid, untuk warna saja ada 4 kemungkinan, digabung dgn 4 kemungkinan corak, semuanya 16 kemungkinan. untuk tetraploid, pada contoh sederhana, hanya 1 variabel warna saja ada 16 kemungkinan, kalo digabung dengan 16 kemungkinan dari 1 variabel corak, adalah 256 kemungkinan. Jadi jika Nepenthes adalah poliploid, adalah hal yang hampir mustahil untuk memastikan keturunannya, seperti kasus Hibiscus, yang katanya keturunannya pasti berbeda dengan induknya. hanya bisa memperkirakan dengan mengabaikan sedikit gen resesif yang bersembunyi. Hayo, bagaimana jika Nepenthes pentaploid, heksaploid, oktaploid,
|
|
|
Post by rajah on Sept 9, 2009 15:49:25 GMT 7
Betul pak, memang set kromosom pada Nepenthes adalah ganda atau diploid (2n = 80). Maksud saya begini, kita mengenal pasangan alel A dan a, di mana A bersifat dominan dan a resesif. Nah, kita misalkan A itu memunculkan fenotip merah dan a fenotip hijau. Kemungkinan terjadinya pasangan alel pada keturunan persilangan diploid adalah AA, aa atau Aa. Kalau AA maka akan keluar merah dan kalau aa akan keluar hijau (ini sudah jelas). Nah sekarang bagaimana kalau Aa...? Untuk yang satu ini ada beberapa kemungkinan tergantung relasi dominansi antara alel A dan alel a. Apabila relasi dominansi-nya sederhana atau penuh (simple dominance atau full dominance) maka Aa akan menghasilkan warna merah. Tetapi kalau relasinya semi dominance hasilnya tidak begitu, melainkan kombinasi warna seperti yang terjadi pada kucing tonkinese. Saya menduga, pencorakan dengan warna selang-seling antara hijau dengan merah pada kantong Nepenthes adalah akibat dari relasi semi-dominance tadi. Mekanisme semi-dominance juga mungkin terjadi pada silangan aglaonema. Yang saya tahu Aglaonema Pride of Sumatra adalah diploid (2n = 50). Lain lagi hubungan yang disebut co-dominance, contoh gampangnya mungkin warna pink sebagai akibat merah digabung dengan putih pada mawar. Di sini kita tidak membedakan apakah diploid kah atau poliploid sebab fenomena co-dominance, semi-dominance dst, bisa terjadi pada diploid juga. Bisa dibaca di sini pak: en.wikipedia.org/wiki/Dominance_(genetics)Inclomplete and Codominance
|
|
|
Post by jonathan on Sept 9, 2009 19:02:53 GMT 7
baru blajar nih di kelas 9
|
|
|
Post by Rasyad95 on Sept 9, 2009 19:11:46 GMT 7
eh, ntar di kelas 9 belajar ini? kelas 9 itu kelas 3 smp bukan?
|
|