Post by rajah on May 24, 2007 11:08:24 GMT 7
CIBINONG, RABU - Gedung Herbarium Bogoriense, yang berada di dalam komplek Cibinong Science Center (CSC) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat diresmikan langsung Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu (23/5). Selain Herbarium Bogoriense, pada saat bersamaan juga diresmikan Gedung Mikrobiologi.
Dengan luas sekitar 189,6 hektar, CSC LIPI sendiri merupakan kawasan zona hijau, yang sebelumnya bernama "Life Science Center" LIPI, dan oleh Presiden RI I Ir. Soekarno dicanangkan sebagai kompleks penelitian sejak 1964. Kini kawasan tersebut dikembangkan menjadi acuan penelitian hayati di Indonesia.
"Gedung Herbarium Bogoriense, adalah herbarium terlengkap dan tertua di Asia Tenggara, serta nomor tiga terbesar di seluruh dunia," kata Kepala Bagian Humas LIPI, Murti Martoyo di Cibinong, Rabu (23/5) pagi. Sebelumnya, gedung Herbarium Bogoriense dan Mikrobiologi yang menyimpan jutaan koleksi contoh tumbuhan dan ribuan mikroba itu, menempati bangunan yang menyatu dengan Pusat Penelitian Biologi di Jl. Ir. H Djuanda, Kota Bogor.
Herbarium Bogoriense mempunyai arti penting dalam dunia ilmu pengetahuan, baik dalam maupun luar negeri, karena merepresentasikan kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia, baik yang berupa flora, khususnya flora tropika Indonesia. Pada Gedung yang sekarang berusia 164 tahun itu, koleksinya meliputi herbarium kering, herbarium basah, tumbuhan fosil, hingga tumbuhan berbiji serta mikroba jamur.
Fasilitas kedua gedung baru itu, yang merupakan fasilitas inti bagi penelitian keanekaragaman hayati di Indonesia, terutama botani dan mikrobiologi, dibangun dengan bantuan hibah dari Jepang. Dalam keterangan yang disampaikan Kantor Informasi dan Kebudayaan pada Kedutaan Besar (Kedubes) Jepang di Indonesia, menyebutkan jumlah bantuan dana kurang lebih 2,2 miliar Yen atau sekitar 18 juta dolar AS.
Pertukaran dan penandatanganan kerjasama itu dilakukan melalui nota kesepahaman pada 26 Juli 2004, dan proyek pembangunan gedung dengan luas lantai 12.330 meter persegi itu rampung pada 27 September 2006. Jumlah spesimen yang disimpan, untuk spesimen kering sebanyak 1.280.000 dan spesimen basah sebanyak 50.000 macam.
Penanggungjawab kepindahan Herbarium Bogoriense, Dr. Eko Baroto Walujo, yang juga Kepala Bidang Botani Puslit Biologi LIPI menyatakan bahwa proses kepindahan, baik koleksi, peralatan hingga staf penelitinya sudah mencapai 100 persen. Ia mengemukakan, khusus untuk koleksi herbarium yang jumlahnya mencapai jutaan, yang tersusun berdasarkan alfabet dan dikelompokkan berdasarkan pulau, tidak boleh ada yang terselip atau tercecer.
"Selama proses perpindahan itu, yang paling sulit adalah memindahkan koleksinya karena harus hati-hati, steril dan tidak boleh terguncang," katanya. "Kalau ada satu lembar saja yang tercecer, maka harus menata ulang dan bahkan membongkarnya lagi."
Sumber: Antara
Penulis: Wah
Sumber: Kompas, Rabu, 23 Mei 2007
www.kompas.com/ver1/Iptek/0705/23/101832.htm
Dengan luas sekitar 189,6 hektar, CSC LIPI sendiri merupakan kawasan zona hijau, yang sebelumnya bernama "Life Science Center" LIPI, dan oleh Presiden RI I Ir. Soekarno dicanangkan sebagai kompleks penelitian sejak 1964. Kini kawasan tersebut dikembangkan menjadi acuan penelitian hayati di Indonesia.
"Gedung Herbarium Bogoriense, adalah herbarium terlengkap dan tertua di Asia Tenggara, serta nomor tiga terbesar di seluruh dunia," kata Kepala Bagian Humas LIPI, Murti Martoyo di Cibinong, Rabu (23/5) pagi. Sebelumnya, gedung Herbarium Bogoriense dan Mikrobiologi yang menyimpan jutaan koleksi contoh tumbuhan dan ribuan mikroba itu, menempati bangunan yang menyatu dengan Pusat Penelitian Biologi di Jl. Ir. H Djuanda, Kota Bogor.
Herbarium Bogoriense mempunyai arti penting dalam dunia ilmu pengetahuan, baik dalam maupun luar negeri, karena merepresentasikan kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia, baik yang berupa flora, khususnya flora tropika Indonesia. Pada Gedung yang sekarang berusia 164 tahun itu, koleksinya meliputi herbarium kering, herbarium basah, tumbuhan fosil, hingga tumbuhan berbiji serta mikroba jamur.
Fasilitas kedua gedung baru itu, yang merupakan fasilitas inti bagi penelitian keanekaragaman hayati di Indonesia, terutama botani dan mikrobiologi, dibangun dengan bantuan hibah dari Jepang. Dalam keterangan yang disampaikan Kantor Informasi dan Kebudayaan pada Kedutaan Besar (Kedubes) Jepang di Indonesia, menyebutkan jumlah bantuan dana kurang lebih 2,2 miliar Yen atau sekitar 18 juta dolar AS.
Pertukaran dan penandatanganan kerjasama itu dilakukan melalui nota kesepahaman pada 26 Juli 2004, dan proyek pembangunan gedung dengan luas lantai 12.330 meter persegi itu rampung pada 27 September 2006. Jumlah spesimen yang disimpan, untuk spesimen kering sebanyak 1.280.000 dan spesimen basah sebanyak 50.000 macam.
Penanggungjawab kepindahan Herbarium Bogoriense, Dr. Eko Baroto Walujo, yang juga Kepala Bidang Botani Puslit Biologi LIPI menyatakan bahwa proses kepindahan, baik koleksi, peralatan hingga staf penelitinya sudah mencapai 100 persen. Ia mengemukakan, khusus untuk koleksi herbarium yang jumlahnya mencapai jutaan, yang tersusun berdasarkan alfabet dan dikelompokkan berdasarkan pulau, tidak boleh ada yang terselip atau tercecer.
"Selama proses perpindahan itu, yang paling sulit adalah memindahkan koleksinya karena harus hati-hati, steril dan tidak boleh terguncang," katanya. "Kalau ada satu lembar saja yang tercecer, maka harus menata ulang dan bahkan membongkarnya lagi."
Sumber: Antara
Penulis: Wah
Sumber: Kompas, Rabu, 23 Mei 2007
www.kompas.com/ver1/Iptek/0705/23/101832.htm