|
Post by ijul on Nov 11, 2007 12:39:32 GMT 7
Baru saja saya menonton acara Buletin Siang di RCTI (Minggu 11/11/07 pukul 12.30 siang). Disitu diberitakan tentang budidaya Nepenthes di Katingan, Kalteng. Dalam tayangan tersebut, tampak beberapa ibu ibu dengan riang gembira sedang berburu nepenthes di hutan, diantaranya seperti ampullaria, rafflesiana dan gracilis. Cara mencabutnya pun cukup sadis (sistem betot sampai ke akar), serta ada ditayangkan para ibu tersebut membersihkan akar, lalu menancapkan secara paksa ke dalam pot (ditancap tanpa dilubangi dulu tanahnya, akar masih ada yg menyembul keluar). Juga tampak beberapa ampullaria roset (tanpa pucuk) yg sudah di potkan.
Juga diberitakan tentang harga nepenthes yg dijual cukup murah, antara Rp 2000,- hingga maksimum 50rb, lalu dikatakan pula jika sudah sampai pameran di pulau jawa, harganya mencapai ratusan bahkan jutaan rupiah (jadi inget sesuatu nih..;D).
Tayangan ini dikhawatirkan akan mempercepat punahnya nepenthes di alam.
|
|
|
Post by kepikimut on Nov 11, 2007 13:47:54 GMT 7
bener...miris ngeliatnya.. dipotong2 raflessnya...padahal jenis elongata ya?sy aja ngga punya ni..
rcti juga salah...malah ky gitu diangkat jadi berita...
|
|
|
Post by ijul on Nov 11, 2007 14:04:22 GMT 7
iya mas... elongata putih dicabik2.. ampul hotlips dibetot.. gracilis item dilempar kedalam bakul gendong (seperti orang memetik teh). Juga tampak raffles / hooker super squat (seperti punya mas cepherum) stress, kantong ada beberapa gepeng karena terinjak... tayangan ngawur... saya masih jengkel... tapi gak tahu mesti komplain kemana... *mulai boikot ini tivi sinetron*.
|
|
|
Post by gymnamphora on Nov 11, 2007 16:37:02 GMT 7
Gila dengar ceritanya!....bukannya ngajarin melestarikan(budidaya untuk keberlanjutan) malahan ngajarin exploitasi...saya tidak habis pikir bagaimana Etika orang2 terhadap si unik nepy ini...Gila,rakus.. dan herannya lagi tayangan barbar seperti itu ditayangkan.. seolah2 hanya ada garis tipis antara Homo sapien dengan Pithecantrophus erectus...
|
|
|
Post by clipeata on Nov 11, 2007 21:51:57 GMT 7
HAAAAAAAAA.......... TIDAAAAKKKKKK........... PADAHAL AKU BARU BALIK DARI HUTAN... DAN JUGA BRU LIHAT KERUSAKAN ALAM........... BERITA INI MEMBUAT KU MAKIN SEDIH....... HIK...HIKS... HU....HU....
|
|
|
Post by handarius on Nov 12, 2007 10:18:52 GMT 7
Kalo tidak ada yang menghargai Nepenthes dengan nilai 'TINGGI' dalam ukuran 'RUPIAH', maka para perusak hutan (yang mungkin bermotif cari "UANG") tidak akan merusak Nepenthes di alam Liar. Mari kita budayakan kesadaran untuk MEMBELI NEPENTHES HASIL BUDIDAYA, bukan dari ALAM LIAR...! Percuma memberi tahu para Pencari Nepenthes Liar selama PEMBELI tanaman Eksotis tetap ada dan bersedia membayar dengan harga BERAPUN...!
|
|
|
Post by ijul on Nov 12, 2007 10:35:58 GMT 7
Yg saya gak terima itu... pembawa acara Buletin Siang bilang "Budidaya Nepenthes di Katingan". Tapi pas ditonton.. kok nggak ada unsur budidayanya sama sekali.... exploitasi iya.. Juga wajah ibu2 yg tertawa gembira saat mencabut nepenthes di hutan seperti mencabut singkong, juga mencabik2 anakan rafflesia dengan kasarnya (pake dipuntir), terus ditancap paksa (tancap terus di puter2 dalam media pot) itu takkan bisa saya lupakan. Juga seolah2 ajakan untuk memburu nepenthes (harga murah disebut, lalu dibanding dengan pameran).
|
|
|
Post by syx on Nov 12, 2007 10:57:45 GMT 7
Bung Adrian, kira-kira apa tindakan anda selaku Ketua Divisi Nepenthes Indonesia? tentu kita musti mempertanyakan tayangan itu. apa bener ada unsur budidayanya? kok dari yg dipaparkan sepertinya justru pemusnahan besar-besaran karena dilakukan dng sembarangan. perlu langkah nyata dari DNI dan KTKI untuk melindungi tanaman kebanggaan kita ini. Pak Zul biasanya di akhir tayangan ada alamat editorial kan? mungkin dari sana kita bisa masuk tapi ada kemungkinan tidak ditanggapi.
|
|
|
Post by riyadhzuhd on Nov 12, 2007 14:24:12 GMT 7
Nggilani! Saya turut prihatin... Gak bisa ngomong macem"...
|
|
|
Post by yanuar on Nov 12, 2007 15:23:11 GMT 7
klo aku sih mending ganti judul acaranya aja bukan budidaya nepenthes di kantingan tapi pembantaian nepenthes di kantingan,namanya budidaya gk gitu...
|
|
|
Post by ijul on Nov 12, 2007 15:28:46 GMT 7
Masih tentang Kantong Semar di Katingan, Kalteng. Kompas 15 Juli 2007. Dan sepertinya masyarakat disana memang menganggap nepenthes itu sumber duit. Bertolak belakang sekali berita ini dengan berita di RCTI kemarin. Ayo KTKI gimana nih?
Kantong Semar Dijual secara Bebas di Kalteng 15 July 2007 Status kantong semar atau Nepenthes spp sebagai tumbuhan yang dilindungi kurang tersosialisasikan sehingga banyak dijualbelikan secara bebas di Palangkaraya dan sekitarnya. Status kantong semar atau Nepenthes spp sebagai tumbuhan yang dilindungi kurang tersosialisasikan sehingga banyak dijualbelikan secara bebas di Palangkaraya dan sekitarnya. Tumbuhan pemangsa serangga itu semakin mudah diperdagangkan karena populasinya masih banyak.
Di Kalimantan Tengah, kantong semar bahkan dapat dengan mudah ditemukan pada semak belukar atau hutan di tepian jalan antarkota atau kabupaten. Di Palangkaraya, kantong semar dijual pada kisaran Rp 30.000-Rp 75.000 per batang. Adapun di kedai-kedai tepi ruas jalan Palangkaraya-Kabupaten Katingan harganya lebih murah, Rp 5.000 hingga Rp 25.000.
Beberapa warga dan penjual menyatakan, kantong semar bukanlah tumbuhan yang dilindungi karena mudah ditemukan dalam jumlah banyak. "Waktu ikut pramuka dulu, saya sering pakai kantong semar untuk menanak nasi," kata Sunar, seorang warga Palangkaraya.
Caranya, kantong semar yang sudah bersih diisi beras untuk kemudian ditanak. Rasa nasinya beraroma daun dan dinilai Sunar lebih enak.
Sebagian warga Desa Hampangen, Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan, juga sering mencari tanaman hias di hutan untuk dijual di kios tanaman hias. Jenis tanaman yang mereka cari adalah beragam jenis kantong semar, anggrek, dan keladi hias.
Warga menyebut kantong semar dengan kantong karicik, ketupat sanumang, dan pasuk kameloh. Ketika mengambil tanaman hias, warga meninggalkan anakannya agar tanaman tetap dapat berkembang biak.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng Edy Sutiyarto, Selasa (10/7), menegaskan, Nepenthes spp adalah tumbuhan yang dilindungi.
"Kami terus sosialisasikan dan perlahan mengarahkan agar masyarakat menangkarkan Nepenthes. Diharapkan, nantinya yang dijualbelikan adalah keturunan hasil penangkaran," ujar Edy.
Sosialisasi yang dilakukan antara lain berbentuk penyuluhan di sekolah-sekolah. BKSDA juga berencana membuat plot percontohan penangkaran Nephentes spp, seperti yang sudah dibangun di Tangkiling, Palangkaraya, untuk menangkarkan berbagai jenis anggrek. (CAS)
Sumber: KCM
|
|
|
Post by bramossiae on Nov 12, 2007 16:11:29 GMT 7
Saya berharap semoga segera ada tindakan dari pihak2 terkait (KTKI,DivNepInd, dll), untuk mluruskan, memprotes atau memberi himbauan ato pelajaran untuk kebaikan habitat dan kelestarian nepenthes, karena kita yang ngga punya kendaraan organisasi, nggak bisa apa2,..hanya bisa prihatin dan ndongkol melihat tayangan pengrusakan habitat nepe, yang dipublikasikan sebagai "budidaya"?
Nb= apakah pendaftaran anggota KTKI dah tutup? kemaren saya coba ga bisa, gmn caranya?
Terima kasih
|
|
|
Post by rajah on Nov 12, 2007 17:56:54 GMT 7
Coba sampaikan ke SOB.
================================================ Save Our Borneo [SOB] adalah gerakan [movement] bersama upaya penyelamatan Kalimantan yang pada saat ini dalam tingkat kerentanan dan ancaman yang sangat tinggi sebagai akibat eksploitasi asset alam dan sumber kehidupan rakyat yang dilakukan dalam skala massif dan tidak bertanggungjawab. kontak lebih lanjut hubungi : nordin1211@yahoo.com.sg atau harizajudin@gmail.com Jl. Aries No. 38 Komp. Amaco, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia
|
|
|
Post by Jax Sprout on Nov 12, 2007 20:00:37 GMT 7
BETUL SEKALI BANG IJUL! Saya nonton tayangannya di RCTI gara2 di sms sama temen kantor dia tau banget saya pecinta nepenthes. Pas nonton... hwarakadahhhh... ini sih bukan budidaya tapi perampasan kekayaan alam semena-mena. Udah gitu ada kalimat "biasanya dijual dengan harga Rp.5000,- sampai Rp.50.000,- dan bahkan sering dipesan dari luar terutama Pulau Jawa. Bila sampai di Jakarta dan sekitarnya dapat dijual dengan kisaran harga ratusan ribu."
INI SIH NGAJARIN NGGA BENER ... udah gitu ngeliat presenter beritanya yg tadinya ngeliat cakep abis nayangin tuh berita cengegesan senyum jadi sebel deh gue... ini tim redaksinya perlu di ajar yg bener nih ngegarap berita... x-(
|
|
|
Post by Jax Sprout on Nov 12, 2007 20:03:40 GMT 7
seolah2 hanya ada garis tipis antara Homo sapien dengan Pithecantrophus erectus... yang bener: HOMO SAPINENSIS dan PITHECANTROPHUS EREKSI
|
|