|
Post by kakashi on Oct 25, 2007 19:06:35 GMT 7
Pemerintah mah ga peduli yang kaya2 gini. Pada sibuk mikirin besok masih jadi pejabat apa ngga sih... Kita kudeta aja, di ganti jadi Nephentes Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
|
|
reeve
Regular Member
Posts: 96
|
Post by reeve on Oct 29, 2007 13:53:58 GMT 7
sulit jg kalo cuma ngarepin pemerintah, abis lumpur lapindo aja blm ada jalan keluar yang memuaskan, apa lagi nepenthes, mending kita bergerak sendiri dan berbuat yg kita bisa aja, seperti youping misalnya boleh dicontoh tuh
|
|
|
Post by er_caq'p on Oct 31, 2007 11:05:16 GMT 7
konservasi tugas dari setiap warga negara, jangan dibebankan sama pemerintah aja.. jadi inget pelajaran waktu sekolah dulu...hehehe emang sih wewenang ada di tangan pemerintah tapi kan satu kebanggan tersendiri buat kita kalo bisa bantu pemerintah...Dari rakyat untuk rakyat maksudnya.... kalo harus ada Nepenthes Kesatuan RI kayaknya terlalu makar deh,narsis lagi...trus nasib carnivorous plant yg lain gmn?buat kesatuan juga yah???
|
|
|
Post by kakashi on Nov 1, 2007 20:48:45 GMT 7
Hehehehe itu cuma hayalan saya yang udah muak liat pengrusakan hutan.. yah gmana lagi kita lakuin aja semampu kita ngrawat nephe2 yang kita punya.. sambil belajar terus bagaimana ngrawat en budidaya nephe. kayaknya itu sudah kapasitas maksimal kita deh.. Kalo perlu ditularkan hobinya ke orang laen..
|
|
|
Post by syx on Nov 2, 2007 7:32:07 GMT 7
emang konservasi bukan cuma pemerintah aja yg bertanggung jawab, tapi kita juga. keduanya sama pentingnya. kalo kita bergerak, nanam nepe di habitatnya, setelah kita pulang ternyata penjarah datang menginjak-injak nepe yg telah kita tanam dan kembali merusak habitat gimana? kalo ga ada tindakan tegas dari pemerintah apa kita yg musti melakukan tindakan sendiri? bisa-bisa saking sebelnya bisa terjadi bertindak anarkis dng alasan melindungi alam... ;D
|
|
|
Post by er_caq'p on Nov 13, 2007 9:05:35 GMT 7
lihat Seputar Indonesia RCTI edisi minggu 11 nop 2007 ga? disana menyoroti wilayah Katingan Kalteng, dimana ibu2 RTnya mengambil nepy dari hutan dan memindahkan langsung dipot trus dijual mulai harga 30 ribu - jutaan... lucu2 lho nepy yg diambil. nah lho kenapa mereka malah bangga... ? pertanyaannya siapa yang salah... ?
|
|
|
Post by Haris on Nov 13, 2007 9:22:33 GMT 7
|
|
|
Post by syx on Nov 13, 2007 10:10:54 GMT 7
walaaah... ga kepikir gimana sewotnya erlin dipanggil 'pak'... bahaya nih.
|
|
|
Post by Haris on Nov 13, 2007 10:47:38 GMT 7
Oppsss.. maap.. maap.. gak ngeh ke data di sebelah kiri nya.. :-)
|
|
|
Post by trichocarpa on Nov 14, 2007 15:07:34 GMT 7
Kemarahan rekan2 di forum terhadap ibu-ibu di Katingan mungkin akan sedikit reda seandainya bisa langsung menginjakkan kaki di hutan kalimantan. Dengan "kecintaan yg begitu besar" terhadap Kantong Semar barangkali kita tidak bisa melangkah kemana-mana karena takut terinjak gerombolan N.gracilis,N.mirabilis dan N.rafflesiana. Saya yakin teman2 akan sibuk seharian utk mendata varian dari tiap species hanya pada area seluas 100 x 100 m saja. Nepenthes di Kalimantan Tengah tidak ubahnya seperti tanaman semak atau perdu lainnya, tumbuh subur dimana-mana sehingga di sana hampir tidak ada nilainya. Barangkali apa yg dilakukan ibu-ibu di Katingan tidak ada apa apanya dibandingkan dengan yg kami lakukan. Bayangkan aja, untuk membuka jalan trans Kalimantan poros tengah, hutan yg di ubah menjadi badan jalan kira2 sepanjang 150 km selebar 30 m. Itu berarti seluas 4.500.000 m2. Bisa dibayangkan berapa banyak Nepenthes yg musnah. Nepenthes hanyalah salah satu korban dari usaha kita untuk membuka keterisolasian di daerah pedalaman. Pemusnahan tidak berhenti di situ saja, begitu jalan terbuka masuklah pedagang2 musiman baik lokal atau dari pulau Jawa mengambil Nepenthes dan lain2 karena adanya permintaan dari luar Kalimantan Tengah. Seandainya ibu2 di Katingan bisa internetan juga mungkin kejadiannya akan berbeda. Saya teringat waktu saya belum ikut gabung di forum ini, begitu histerisnya saya dan istri mborong N.Rafflesiana, N.Reinwardtiana dan N.ampularia cabutan dari pedagang lokal, seminggu di rumah semuanya langsung kering. Masih penasaran, kami langsung hunting ke hutan. Ada rasa sensasi yg luar biasa ketika mencabut Nepe langsung di pinggir2 hutan. Gugup, senang dan takut campur aduk sambil berteriak2 saling memberitahu macam kantong yg kami temukan. Species, nama latin dan lain-lain tentang Kantong Semar saat itu masih nol. Dulu begitu ketemu satu tanaman dengan dua bentuk kantong yg berbeda kami anggap sangat aneh, ternyata itu cuma kantong bawah dan kantong atas dari N.rafflesiana. Pencerahan baru saya dapat ketika berkenalan dgn InfoKit dari Trubus. Memang diperlukan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat di daerah Kalimantan dan juga harus di imbangi dengan himbauan/larangan kepada pedagang bunga/tanaman di pulau jawa utk tidak membeli kantong semar dari kalimantan. Introspeksi juga penting di sini, liat aja masing2 koleksi kita. Lebih banyak mana yang kita beli antara Nepe hasil cabutan, stek dan kuljar. Sekarang saya masih ngumpulin nepe2 lowland indemik dari Sumatra,Sulawesi dan Irian Jaya, ada juga dr India,Filipina, Thailand dan Serawak. Setahun lagi moga2 udah ada yg bisa di stek. Saya berharap Nepe yg saya kumpulkan bisa berjenis kelamin jantan & betina utk tiap species. Rencananya stek2 tanaman tsb akan saya sebar/tanam berpasangan di hutan kalimantan pada area kira2 sepanjang 45 Km. Bisa dibilang ini adalah usaha "Konservasi Liar". Harapan saya 10 - 15 tahun ke depan mereka udah berkembang biak dan menyebar di hutan Kalimantan antara bagian Hulu Sungai Barito dan Hulu Sungai Kapuas. Kalau nanti ditemukan orang-orang yg tahu tentang kantong semar kayaknya bakal jadi perdebatan yg cukup seru bagaimana caranya nepe2 tersebut (N.truncata, N.khasiana, N. globosa, N.sumatrana, N.spectabilis, N.maxima, N.neoguinensis dll) menyeberang ke hutan di tengah2 Kalimantan. Untuk sementara usaha "Konservasi Liar" ini baru dapat dukungan dari istri dan anak-anak saya. ;D ;D ;D Kalau masih marah juga, kasih aja saya "smite" banyak2. Saya ikhlas kok.
|
|
|
Post by syx on Nov 14, 2007 15:34:53 GMT 7
exalt-smite-nya udah ilang kok, Pak... semoga aja konservasinya berhasil dan tidak diganggu.
|
|
|
Post by rajah on Nov 14, 2007 17:20:05 GMT 7
Wahhh saya salut nih, sambil membangun jalan anda masih sempat memikirkan Nepenthes. Beberapa catatan:
Beberapa di antara kita sudah mengumpulkan spesies-spesies dari berbagai negara lain, sejak 1 sampai 3 tahun terakhir. Saya sendiri baru setahun terakhir ini, hampir seluruhnya dibeli dari Borneo Exotics, sedikit dari Malesiana Tropicals. Karena harganya mahal, yang saya dapatkan sebagian besar baru berukuran S (paling kecil). Jadi masih perlu waktu lama sampai jadi besar dan siap untuk diperbanyak lagi. Saya kira teman-teman kita di sini pun kebanyakan begitu.
Katakanlah 5 tahun lagi tanaman kita masing-masing sudah dewasa dan kita tetap konsisten dalam hobby ini, pada waktu itulah kita betul-betul siap untuk saling melengkapi koleksi kita masing-masing. Terus terang saya agak menyesal karena pertama kali saya membeli Nepenthes ex BE itu sebagian besar adalah Nepenthes2 lokal tapi berharga mahal, seperti N. ampullaria merah, N. ampullaria hotlips, N. bicalcarata dll. -- yang 6 bulan kemudian baru saya tahu bahwa saya tidak harus mendapatkan jenis tersebut dari BE tetapi dari Pameran-pameran lokal di negara kita sendiri. Yang saya sadari sekarang adalah, kalau saya harus membeli mahal dari BE, bukan jenis-jenis lokal tapi jenis-jenis yang ada di negara lain seperti Madagascar, Pilipina, Thailand, Vietnam dll.
Jadi 5 tahun lagi kalau forum ini masih ada, mudah-mudahan komunitas kita akan jauh lebih kaya dengan jenis-jenis langka dari luar negeri yang sudah cukup besar untuk diperbanyak, sehingga cita-cita anda itu, bisa dilakukan. Untuk itu ada baiknya anda membeli sedikit tanah dulu di sana untuk dijadikan kebun koleksi yang dirawat baik, baru setelah itu memikirkan untuk mereboisasi area sepanjang 45 km dengan Nepenthes-Nepenthes lowland dari luar Kalimantan Tengah. Kedengarannya lebih realistis mengingat perilaku masyarakat yang kesadarannya belum tinggi, tapi nggak tahu juga karena nggak tahu persis kondisi di sana.
|
|
|
Post by trichocarpa on Nov 14, 2007 19:32:18 GMT 7
Oops.... kok tadi siang saya ga liat.
@ Rajah : Terima kasih atas dukungannya. Moga-moga kita tetap konsisten dgn Nepenthes. Sayangnya penyelesaian pekerjaan saya di Kalteng di targetkan selesai tahun 2009, setelah itu saya belum tahu bakal bertugas dimana lagi. Kalau sampai saatnya nanti belum dapat nepe yg berpasangan dan belum sempat di stek biarlah beberapa nepe saya jadikan kenangan-kenangan di hutan-hutan Kalteng. Semoga mereka bisa kawin dengan spesies lokal.
|
|
|
Post by suska on Nov 14, 2007 19:55:32 GMT 7
Salut! Nanti saya bisa liat juga kalo mudik ;D ma_suska
|
|
|
Post by rajah on Nov 14, 2007 20:04:20 GMT 7
Apakah semua maxima yang dari gunung di Sulawesi pinggi daunnya bergelombang, ya? Saya ada maxima Gn. Lokon, seingat saya tepi daun biasa aja.
|
|