|
Post by ijul on Aug 1, 2007 17:41:27 GMT 7
1847 masih sebangsa sama gymnamphora dan adrianii... golongan highlander ultra highlander >2000 m, habitatnya bongso, talangensis, jaquelineae extreme highlander > 3500 m, sp. puncak doorman.
|
|
|
Post by nephilim on Aug 2, 2007 1:09:50 GMT 7
edit dikit, nepe yang ditemukan di dataran paling tinggi itu N.Lamii dari papua, saya liat di ketinggian 2800m. Doormanstop itu cuman 2000an m. Sp dari wistuba yang dibilang dari doormanstop itu boong, dia sendiri belom nyampe ke lokasi doormanstop yang sebenarnya.
|
|
|
Post by adynepenthes on Aug 2, 2007 16:18:25 GMT 7
Bah, boong rupanya si Wistuba, itu? sialan ketipu, jd doorman top 1 dia ini asal mana mas Nephilim?
|
|
|
Post by nephilim on Aug 2, 2007 23:03:59 GMT 7
di papua. Lokasi sp1 dan sp2 "doormanstop" musti jalan 4 hari ke lokasi, gw ketemu ama guidenya wistuba.
|
|
|
Post by ganang on Dec 21, 2011 13:56:02 GMT 7
di papua. Lokasi sp1 dan sp2 "doormanstop" musti jalan 4 hari ke lokasi, gw ketemu ama guidenya wistuba. Kalau gitu Wistuba pun kemungkinan besar poaching dan mengambil nepe di Indonesia secara illegal dong....
|
|
|
Post by m1ko on Dec 21, 2011 14:05:18 GMT 7
Itulah pinternya bule dibanding kita, cuma dari kitapun mungkin dg alasan kepepet, tidak tahu, harga jual lebih mahal , diberikan pada si bule. Memang ini pilihan yg sulit.Tinggal pilih yg mana?
|
|
|
Post by ganang on Dec 21, 2011 14:52:42 GMT 7
Kalau begitu besar keyakinan saya bahwa semua usahawan pengembangan nepe dr luar sana mengambil dan memperoleh bahan baku mereka secara illegal dan kemudian menjual kembali ke Indonesia dan kita membeli nya kembali tanpa mereka perduli dan dituntut untuk perduli terhadap usaha pelestarian nepe , sementara kita-kita selalu memandang sinis bahkan mengutuk kalau ada orang kita melakukan poaching/mengambil nepe di alam meski itu dalam bentuk yg wajar sekalipun untuk dikembangkan.
|
|
|
Post by Mona | Banzai on Dec 21, 2011 15:54:30 GMT 7
Kalau begitu besar keyakinan saya bahwa semua usahawan pengembangan nepe dr luar sana mengambil dan memperoleh bahan baku mereka secara illegal dan kemudian menjual kembali ke Indonesia dan kita membeli nya kembali tanpa mereka perduli dan dituntut untuk perduli terhadap usaha pelestarian nepe , sementara kita-kita selalu memandang sinis bahkan mengutuk kalau ada orang kita melakukan poaching/mengambil nepe di alam meski itu dalam bentuk yg wajar sekalipun untuk dikembangkan. Itu dia... Klo orang asing naik gunung dan mengidentifikasikan nepe dimari didewa2kan banget. Padahal sembari motret n identifikasi juga nyabut di alam. Ironisnya lagi orang kita beli nepe dari luar yang ukurannya super kecil, ga terjamin kesuksesan hidupnya dan dengan harga yang amat mahal hanya karena dia "kuljar" padahal bahannya ngambil dari hutan kita juga.
|
|
|
Post by ganang on Dec 21, 2011 16:30:45 GMT 7
Eh....ada Monce. Ya Mon.....kadang2 alasan nya expedisi ilmiah atau apalah nama nya, terus kita manggut-manggut dan ngak pernah bilang "No sir !!!" tapi bilang "Yes sir" terussss ......krn yg ngomong "bule" dan menganggap semua omongan bule benar dan dipercaya melebihi firman Tuhan.
|
|
|
Post by edwardyeeks on Dec 21, 2011 17:14:20 GMT 7
Saya bukan mahu melindungi reputasi orang asing, tapi yang saya pasti, Robert Cantley daripada BE tidak pernah membuat 'poaching' daripada nepenthes liar. Beliau hanya megambil biji-biji nepenthes selepas dapat kebenaran dan menanam mereka, lepas sudah besar baru beliau membuat TC pada beberapa klon terpilih nepenthes tersebut. Saya rasa, kalau betul-betul sangsi terhadap motif orang asing melawat tempat nepenthes membiak, kita patut mengikuti mereka dan memastikan mereka betul-betul tak membuat poaching.....tidak baik kalau kita tuduh-menuduh orang asing melakukan poaching. Tentang Wistuba, hampir semua nepenthes mereka dari TC dan itu sebab nepenthes mereka kecil gila tapi saya pasti orang-orang asing ini pasti ingin melindungi reputasi mereka sebagai 'honest conservationists and taxonomists' Seyogianya kita mengeratkan hubungan antara orang-orang asing dengan grower Asia Tenggara, justeru, kita dapat koordinasi usaha memelihara dan memulihara nepenthes di seluruh dunia. My two cents, and no offence ;D
|
|
|
Post by ganang on Dec 21, 2011 17:43:55 GMT 7
Saya bukan mahu melindungi reputasi orang asing, tapi yang saya pasti, Robert Cantley daripada BE tidak pernah membuat 'poaching' daripada nepenthes liar. Beliau hanya megambil biji-biji nepenthes selepas dapat kebenaran dan menanam mereka, lepas sudah besar baru beliau membuat TC pada beberapa klon terpilih nepenthes tersebut. Saya rasa, kalau betul-betul sangsi terhadap motif orang asing melawat tempat nepenthes membiak, kita patut mengikuti mereka dan memastikan mereka betul-betul tak membuat poaching.....tidak baik kalau kita tuduh-menuduh orang asing melakukan poaching. Tentang Wistuba, hampir semua nepenthes mereka dari TC dan itu sebab nepenthes mereka kecil gila tapi saya pasti orang-orang asing ini pasti ingin melindungi reputasi mereka sebagai 'honest conservationists and taxonomists' Seyogianya kita mengeratkan hubungan antara orang-orang asing dengan grower Asia Tenggara, justeru, kita dapat koordinasi usaha memelihara dan memulihara nepenthes di seluruh dunia. My two cents, and no offence ;D Setuju....koordinasi dan kerja sama dalam konservasi, dan usaha pengembangan tapi dalam bentuk yg nyata not only lips service. Bagi saya hampir tak ada beda antara poaching dan collecting neps seeds from wild without permission as raw material.
|
|
|
Post by aunty2001 on Dec 21, 2011 17:50:54 GMT 7
Ikut nimbrung, kalau memang dan mudah2an salah, orang asing dengan banyak alasan termasuk alasan riset ilmiah dsb, mengambil dan membudayakan bahkan membuat klon atas tanaman nepe yg ada di Indonesia lalu dijual balik ke indonesia, kenapa dari kita tidak memperkenalkan tanaman nepe ini ke warga indonesia bahwa tanaman ini asli dari Indonesia. Jujur saja, saya mulai mencintai dan mengenal nepe ini waktu jalan2 ke singapore dan terutama waktu menunggu di bandara changi. Disana ada taman (saya lupa namanya) dan terdapat nepe dengan disebut sebagai dangerous plant. Kalau di negara tetangga kita saja bisa memperkenalkan ke orang luar, lalu kenapa kita tidak bisa memperkenalkan tanaman asli indonesia ini ke warga sendiri? Yang ada akhirnya diakui sebagai tanaman asli dari negara tetangga dan akhirnya kita demo, mengamuk dsb. Jadi kapan kita bisa mulai memperkenalkan Tanaman Nepe ini? Sebatas memperkenalkan saja ga perlu sampai minta mereka membudidayakannya
|
|
|
Post by edwardyeeks on Dec 21, 2011 19:12:44 GMT 7
Ikut nimbrung, kalau memang dan mudah2an salah, orang asing dengan banyak alasan termasuk alasan riset ilmiah dsb, mengambil dan membudayakan bahkan membuat klon atas tanaman nepe yg ada di Indonesia lalu dijual balik ke indonesia, kenapa dari kita tidak memperkenalkan tanaman nepe ini ke warga indonesia bahwa tanaman ini asli dari Indonesia. Jujur saja, saya mulai mencintai dan mengenal nepe ini waktu jalan2 ke singapore dan terutama waktu menunggu di bandara changi. Disana ada taman (saya lupa namanya) dan terdapat nepe dengan disebut sebagai dangerous plant. Kalau di negara tetangga kita saja bisa memperkenalkan ke orang luar, lalu kenapa kita tidak bisa memperkenalkan tanaman asli indonesia ini ke warga sendiri? Yang ada akhirnya diakui sebagai tanaman asli dari negara tetangga dan akhirnya kita demo, mengamuk dsb. Jadi kapan kita bisa mulai memperkenalkan Tanaman Nepe ini? Sebatas memperkenalkan saja ga perlu sampai minta mereka membudidayakannya Betul tu, negara Indonesian sebenarnya mampu mendirikan status sebagai salah satu tempat di mana ada pelbagai species & hybrid nepenthes yang unik dan asalnya dari negara tersebut. Saya yakin ada usaha untuk menyedarkan ramai orang tentang kepentingan memelihara dan memulihara nepenthes bukan sahaja di negara Indonesia, bahkan juga di Malaysia, Filipina dan lain-lain. Kat sini, kita ada satu tempat perlancongan di Penang di mana sebuah taman Nepenthes wujud dan ada beratus jenis species dan hybrid Nepenthes serta CP lain. Dari pandangan saya, salah satu punca negara-negara di sekeliling Asia Tenggara (percayalah, Malaysia pun lebih kurang sama situasinya sentiasa dilawat orang asing dan usaha mereka membuat TC dan propogasi diketahui orang ramai ialah komunikasi antara kita tidak mencukupi. Jarang saya nampak orang Barat aktif dalam forum ini dan juga jarang saya nampak orang kita dalam forum Barat. kalau kita cukup berinteraksi, menukar idea dan pendapat serta menukar berita (eg. penemuan species baru atau cultivar yang menarik), pasti komuniti sedunia sedia memberi kita peluang untuk membudayakan tanaman nepenthes dan CP secara berdikari. Memang, banyak usaha yang mulia dan baik sedang dijalankan dari dua pihak untuk memelihara, memulihara dan menyebarkan 'poison' nepenthes dan CP=pihak orang asing dan pihak orang Asia Tenggara'. Namun, komuniti sedunia mungkin tidak tahu-menahu separuh info tentang usaha-usaha yang dijalankan, malah adapun kesalahan faham tentang beberapa isu-isu. Sekali lagi, just my two cents and no offence. ;D
|
|
|
Post by Mona | Banzai on Dec 22, 2011 4:04:57 GMT 7
Sebenarnya sudah banyak orang Indonesia tau tentang keberadaan jenis tanaman nepenthes, meskipun kebanyakan dari mereka berpikiran bahwa tanaman itu biasa dijumpai di daerah asal mereka (bukan hal yang aneh atau unik lagi), hanya ada di gunung dan cuma diketahui lewat buku pelajaran biologi, dan kalaupun dijual pasti mahal dan belum tentu sukses dipelihara.
Dulu berkembang anggapan disini bahwa jika semakin banyak orang hobi tanaman ini maka berkait dengan meningkatnya kegiatan poaching. Hence its better to keep it low. Anyway itu pendapat dulu, sekarang saya kurang tau karena hobiis tanaman makin meningkat nyatanya penjual nepe yang marak dan tetap bertahan hingga kini tanamannya hasil poaching. Di alamnya juga masih banyak jumlahnya meskipun kritis keberadaan lahannya.
Untuk support dari pemerintah? Rasanya impossible. Group? Individual? Jauh dari kenyataan...
|
|