|
Post by jonathan on Sept 9, 2009 19:16:57 GMT 7
tul2... pertama cuma 2 variabel kyk perkalian trus 4... yang agak bikin pusing yang 4 itu... tp kalo tau jembatan keledai enak deh... hohohoh...
|
|
|
Post by Rasyad95 on Sept 9, 2009 20:57:05 GMT 7
berarti ntar aku belajar ini donk...hahaha..maksudnya jembatan keledai apaan? SOOT
|
|
|
Post by rajah on Sept 9, 2009 23:00:36 GMT 7
rasyad & jonathan: enak yah, jadi murid di jaman internet spt sekarang ini... gak usah beli buku..
|
|
|
Post by adynepenthes on Sept 10, 2009 13:36:13 GMT 7
rajah, Betul pak Untuk hal tsb, sama seperti gen Dominan B(+) dan B(A) pada merpati, dimana jika kedua gen dominan ini dipasang, ternyata gen B(A) menutupi gen B(+) untuk fenotip nya. Namun saya memang mengharap Nepenthes cuman sejauh ini,tidak sampai poliploid, karena bagaimanapun itu cuman diploid, masih gampang perhitungannya pada diploid, untuk hal dominan penuh ato semi, mungkin cuman disilangan akan kita ketahui dengan mudah dari persentase anakannya. untuk mawar komplex nya warna kemungkinan itu adalah akibat tetraploid, (kebanyakan pada kingdom plantae itu adalah poliploid), poliploid jarang ditemukan pada kingdom hewan yang kebanyakn lebih karena multi alel. untuk mawar coba liat beberapa artikel oxford: jhered.oxfordjournals.org/cgi/content/abstract/88/2/158saya ada kenal beberapa penyilang mawar di USA yg uda memainkan genetic pembuat harumnya/aroma.. beberapa clone mawar saya bawa dari sana melalui bantuan teman (mereka tidak mau jual keluar dari USA)(khusus silangan hybrid tea)
|
|
|
Post by jonathan on Sept 10, 2009 17:43:18 GMT 7
rasyad: yha... cara ngafalnya yang gampang... tp aku lupa >.< rajah: ya begini lah anak muda jaman sekarang.... wkwkwkw... enak kan??? hohohoho
|
|
|
Post by suska on Sept 11, 2009 7:35:47 GMT 7
Sedikit masukan dari saya, (maaf, buat yang gak tertarik genetik mending gak usah dibaca, gak penting ;D) Berdasarkan postingan awal: Saya bermaksud merangkum seluruh data hasil perkawinan sesama rafflesiana untuk keperluan mendata genetik warna dan corak pada kantong Nepenthes rafflesiana. dengan data: jantan (warna dan corak kantong) betina ( warna dan corak kantong) keturunan (warna dan corak kantong) masing2 warna dan corak KIRA2 berapa persen dari total keturunan. misal: hijao-polos x Merah(dasar)- bintik keturunan: 50% merah polos, 50% hijao(dasar)-bintik Mohon bantuannya. trims, Ady Yang saya tangkap, saudara Ady hanya ingin mendata fenotipe dari hasil persilangan beragam corak N. rafflesiana. Yang perlu dilakukan selanjutnya setelah mengumpulkan induk, melakukan penyilangan, tentunya adalah pengamatan. Kalo datanya sudah ada, baru bisa dibahas. Dan perlu di ingat, itu baru fenotie nya saja, belum dapat dianggap hasil kesimpulan data tersebut adalah murni dari genotipe nya. Jika itu yang ingin menuju ke sana, tentunya faktor lingkungan dan interaksi lingkungan dan genotipe nya harus "dihilangkan dulu". Hasilnya sudah bisa disimpulkan? Ya belum! sebelum kita bisa yakin kalo indukan yang kita pakai memang sudah homozigot, yang artinya tidak ada gen lain (yang tersembunyi) dari fenotipe yang kita lihat (misalnya warna kantung hijau). Caranya ? dibuat dulu "galur murni" (misalnya kantung warna hijau) dengan cara "selfing" (yang harus "diakali" untuk nepentes karena tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri, dengan cara seperti "inbreeding" pada hewan). Ini yang lama, karena prosesnya harus dilakukan untuk beberapa generasi (untuk jagung yang bisa selfing saja, standar untuk jadi galur murni setidaknya 10 generasi selfing). Kalo ini sudah, baru bisa "memulai" lagi dari awal (topik ini). Setelah itu baru dilihat, apakah sama dengan hukum mendel, atau justru masuk ke "penyimpangan" hukum mendel. Apakah untuk ini dibutuhkan peralatan yang canggih? kalo menurut saya sih enggak. Apakah dibutuhkan biaya yang besar? mungkin, tapi itu lebih karena prosesnya yang panjang dan lama. (itu sebabnya para ahli/profesor, termasuk ahli genetika, tidak pernah melakukan "pekerjaannya" sendiri. Biasanya sih "memanfaatkan" mahasiswa2nya, bahkan dalam kurun waktu puluhan tahun sampai dia bisa yakin akan teorinya/"penemuan barunya"). Kalo sampai sini, apakah diperlukan "penelitian" pada kromosom nepenthes? Kalo menurut saya lagi, nggak perlu. ( maaf, kalo menurut saya isi topik ini gak begitu nyambung dengan judulnya). Urusan kromosom, itu urusan belakangan kalo memang ternyata dari data yang di dapat ditemukan "gejala" autopolyploids pada polyploids (klo allopolyploids ya gak perlu). Tapi menurut saya lagi, tetep aja gak begitu perlu. Pertanyaan saya? perangkuman data ini arahnya ke mana? Dugaan saya, untuk "breeding", bukan hanya sekedar membuktikan kalo hukum mendel berlaku (atau tidak) pada nepenthes. Saya mendukung sepenuhnya jika hal ini akan bung Ady lakukan (kalo saya sendiri, gak kepengen). Semoga berhasil. Sedikit mengenai kromosom, dalam "breeding" manipulasi jumlah kromosom, diploid menjadi haploid (biasanya bukan menjadi monoploid, bisa lain lagi ceritanya), triploid, tertaploid, pentaploid, dll, memang biasa (dan mudah, sama halnya dengan kuljar) dilakukan, tapi hal ini bukan "senjata" utama. Buat apa dulu? Untuk yng "haitek", yang sekarang lagi ngetren lebih ke rekayasa genetika di DNA nya dan "pemetaan DNA" untuk filogenetik/kekerabatan seperti yang dilakukan pak Firman dan beberapa rekan lainnya. Dan untuk taksonomi dan pemuliaan tanaman, hal ini yang lebih "mantab" dilakukan dibandingkan sekedar meneliti kromosomnya. Udah ah, kebanyakan! ma_suska
|
|
|
Post by pakde on Sept 11, 2009 7:52:07 GMT 7
pakde bacanya aja mumet, yo wis ikutan gak kepengan ajalah ..... ;D
|
|
|
Post by djulizar on Sept 11, 2009 16:22:02 GMT 7
waduh, buat nyari galur murni untuk ijo polos kayaknya lebih gampang mirabilis CMIW ;D ;D
|
|
|
Post by adynepenthes on Sept 11, 2009 21:38:02 GMT 7
@suska Iya.memang betul semua pendapat Bapak, yang saya maksud hanya sekedar di fenotipnya(mungkin pemilihan judul kurang tepat). karena dengan pengamatan biasa, tak mungkin secara genotip bisa dilakukan secara mutlak. pengumpulan induk sy mulai dengan hijau polos karena warna hijau polos saya anggap sebagai dasar (dalam hal ini harus ada yang kita jadikan sebagai dasar untuk memulai). Penyilangan antar sesama hijau polos akan dilakukan dulu untuk melihat keturunannya ( menghasilkan warna lain, ato sama dengan kedua induknya, dll) Iya, dengan melihat jumlah komunitas hobiis Nepenthes di forum ini, tak ada maksud lain, selain hanya mengambil data sebanyak mungkin jika ada yang menyilang antar rafflesiana, yang akan dipakai untuk memperkirakan gen2 yang "bermain" didalamnya. Memang ini hanya pengamatan kecil2an, mengingat saya juga tak menerjuni khusus dalam permainan hitech DNA. kita tidak tahu berapa lama dibutuhkan, tapi jika hanya memperkirakan fenotip secara kasarnya, saya rasa tak terlalu susah untuk menyimpulkan gen2 yang berpengaruh dalam pewarnaan dan pencorakan. Untuk pemetaan DNA, temen dari Israel ada yang melakukan (saya tak sedalam ini terlibat dalam DNA2-an), dan lebih jauh juga pernah saya dengar dia membuat aristolo "jadi2an" yg bisa hidup di lowland. mungkin dengan menyusupkan DNA nepenthes lowland ato cara lainnya saya tak begitu tau, yang penting saya kebagian 1 bibit aristolo yg bisa hidup di lowland aja. Dalam hal ini saya tidak mengerti kenapa dia harus melakukan penyilangan2 seperti yang saya maksud, jika pemetaan DNA sudah dia lakukan.( apakah pemetaan DNA langsung bisa mengetahui ada berapa gen/kromosom/dll dalam DNA, gen apa, dan fungsinya mempengaruhi apa, dan alel nya apa, dll). Hal tentang penelitaian DNA dan semacamnya, juga dilakukan ahli di Kruger, yang berusaha membuat Encephalartos woody x natalensis, menjadi mendekati woody, dengan berusaha menghilangkan baik fenotif dan gentotip dari natalensis.( female woody dianggap sudah punah), jadi memang pemanfaatannya tergantung tujuan si pelaku dan biasanya ada nilai ekonomisnya, sedang pemanfaatan Nepenthes kayaknya hanya berkisar di protein yang di produksi di luar tubuh, kalo untuk sebagai tanaman hias, nepenthes itu "agak lemah"/kurang dilirik (karena berbagai kelemahannya termasuk "susah" dirawat terutama highland)
Akhir kata, saya hanya mengharapkan data hasil penyilangan antar rafflesiana. Mohon bantuannya.
|
|
|
Post by gymnamphora on Sept 11, 2009 23:30:23 GMT 7
Menarik judulnya,awalnya saya betul tertarik untuk mengikuti..tapi setelah saya ikuti secara berkelanjutan, alur diskusi ini menjadi zig zag...
Beberapa rekan disini membantu mengarahkan dengan landasan teori yang baik,yang saya yakin membawa pembaca ikut memahami dan bahkan mungkin tertarik akan genetika,jujur saya masih minim sekali tentang ilmu ini....tapi sayang sekali diskusi ini kembali zig zag...
Pada akhirnya memunculkan suatu kesimpulan dari diskusi ini "I don't get it,so what's the point?"
Kalau seandainya tema diskusi ini adalah suatu judul penelitian,maka akan saya katakan "tolong judulnya diganti"...
Thanks...
|
|
|
Post by suska on Sept 12, 2009 0:11:51 GMT 7
Nah, kalo lebih jelas. Jadi kita yg baca gak usah bingung dulu masalah genotipe nya ;D. Yg penting "keliatan" dulu datanya. Kesian nanti Rasyad jadi tambah "beban"nya waktu belajar genetika (atau memang pengen ;D) BTW, saran saya tetap nanti untuk data nya, harus spesifik hanya dipakai untuk indukan yang di pakai. Misalnya data dari betina N. rafflesiana hijau no 1, ya hasilnya hanya untuk betina tersebut. Jangan di jadikan satu dengan betina hijau yg lainnya, dst. Sebenarnya saya juga sedang melakukan percobaan ke arah sana, tapi dengan strategi yang berbeda. Indukan yang saya gunakan justru saya usahakan seberagam mungkin. Balik ke judul topik, sedikit mengenai kromosom nepenthes yang 80buah, sebagian besar ahli beranggapan kalo itu adalah diploid (2n=80), tapi ada juga ada yang berpendapat kalo itu adalah oktoploid (8n=80) dengan alasan pernah ditemukan nepenthes dengan bunga jantan dan betina di satu tanaman. Komentar saya mengenai penelitian orang israel, untuk dapat memetakan kode DNA mana yang mempengaruhi sifat apa, tentunya harus dilakukan sangat banyak percobaan dengan membandingkan antara DNA spesies/hybrids satu dengan yang lain. Gak kebayang deh gimana dia kerja nya. (gak mustahil sih ;D, tapi baca hasil penelitian "sequencing DNA nepenthes" untuk melihat filogenetik nya Mullins aja udah ribet banget ) Tambahan dikit, misalnya kita mau "merubah" jumlah kromosom nepenthes, menjadi haploid, triploid, tetraploid, tujuannya mau apa? Semakin banyaknya ploidy gak selalu bikin tanaman menjadi lebih bongsor dan menarik (bahkan banyak juga yang akhirnya gak laku di pasaran) Jika ada yg punya N. ventricosa triploid, terus apakah tanamannya lebih baik? Sebagai orang yg suka "nyilangin", saya tentunya gak akan beli tanaman itu, karena kemungkinan besar mandul. Kalo dia mau jual ke pasaran tanaman hias, harus dibuktikan dulu superioritasnya. Kalo dilihat data pasar nepenthes di dunia, pasar tetap dikuasai oleh varietas-varietas lama. N. xventrata (yg dijual sebagai N. alata), sang raja, mungkin diproduksi lebih dari 5 juta pohon setahun. Diikuti N. xMiranda, N. ventricosa x khasiana (yg dijual sebagai N. tobaica), N. xCoccinea. sisanya yang nilai penjualannya jauh dibawahnya ada N. sanguinea, N. truncata, N. ventricosa, dst. Adakah yang triploid? Ada yang mencurigai demikian, tapi berdasarkan banyak informasi yang ada sekarang hal itu semakin tak terbukti. Rob Cantley pernah bilang ke saya sekitar 3 tahun kalo ada greenhouse besar di Belanda yang mau kontrak beli 1 juta tanaman per varietas untuk varietas-varietas nepenthes "super" untuk menyaingi N. ventrata. Tapi kayaknya masih jauh tuh. (padahal katanya BE udah bikin perluasan greenhouse LLnya jadi 2 hektar). Kalo dilihat, apa sih "hebatnya" N. xventrata? Kan aristo (dan mungkin silangannya) lebih bagus? Kata siapa dulu! Kenapa EP bikin produksi masal justru tanaman yang kita anggap "biasa" (kalo dibandingkan silangan EP yang lainnya? Kita (sebagai hobiist/kolektor) hanya mewakili sebagian kecil dari pasar. Pasar terbesar justru "para pembunuh tanaman" yang cuma beli tanaman untuk beberapa saat, terus di buang. Sikap saya sendiri (dan tentunya rekan-rekan di sini) tentunya sangat mendukung segala usaha untuk semakin meningkatkan keanekaragaman nepenthes, beserta kemampuannya untuk hidup dengan bagus di tempat kita. Tapi karena kita gak "dianggap" oleh para pemodal besar pengasil tanaman, kita harus lebih berusaha sendiri untuk itu. (OOT gak yah ;D) OK, tetap semangat! Bikin banyak "percobaan" sendiri! ma_suska
|
|
|
Post by Nyala on Sept 12, 2009 3:52:06 GMT 7
Caw,
Temen Israelnya sapa sih? Bener tuh dia dah bikin N. aristolochioides yang adaptif buar lowland? Dipublikasikan dimana? Ceritain dong dan posting tanamannya disini...
kali ini dijawab ya..
|
|
|
Post by rajah on Sept 12, 2009 4:03:28 GMT 7
Ya, saya pun merasa diskusi ini agak ngalor ngidul...judul ke mana...isi ke mana. Tapi lumayanlah buat bahan 'ngabuburit'.
Terus terang pertama melihat judulnya sulit bagi saya untuk meng-elaborasi karena soal kromosom itu terlalu "mikroskopis" dan berat bagi saya.. maka saya berusaha untuk menggiring p Ady ke arah yang ringan-ringan populer seperti percobaan Mendel di SMA dulu. Dulu saya paling benci subyek ini, tapi baru sekarang saya sadari bahwa ketika yang dibicarakan adalah Nepenthes maka semangat saya menggebu-gebu. Nah siapa tahu teman2 pelajar kita ikut keluar semangatnya gitu lohh...
Tapi waktu saya baca posting awal pak Ady biarpun melenceng dari judul, kok lumayan menarik juga, karena baru pertama kalinya di forum ini ada yang tertarik untuk mengamati dan mendata.
Nah dari posting pertama itu saya liat, arah pembicaraannya menjurus ke arah percobaan mendel pada kacang itu lohh...yang ada persentase kacang kuning, kacang hijau dsb... hanya kali ini ingin diterapkan pada N. rafflesiana, jadi saya berusaha fokus ke percobaan Mendel sebagai dasar untuk percobaan persilangan antar rafflessiana ini.
Kalo mau fokus mestinya thread ini diberi judul semacam: "Eksperimen Penyilangan N. rafflesiana ala Mendel", atau mungkin malah: "Cara Asik Belajar Hukum Mendel lewat Eksperimen Penyilangan N. rafflesiana".
Apa yang dikatakan p Suska bahwa diperlukan induk galur murni untuk meniru percobaan Mendel ini sempat terpikir oleh saya kemarin, tapi pikiran ini mentok karena tidak cukup pengetahuan saya tentang bagaimana caranya memperoleh fenotip galur murni, sampai akhirnya p Suska menjelaskan tentang proses selfing tadi baru 'ngeh' saya (tuh kan temen2 kita yang smp dan sma jadi belajar?)
Atau mungkin juga dengan cara lain yaitu mencari suatu lokasi tempat populasi rafflesiana yang tingkat keseragamannya tinggi, sehingga dari satu generasi ke generasi mereka hanya kawin antar sesama jenis.
Ini teori saja, bahwa mungkin warna merah dan ungu pada nepenthes itu dikendalikan oleh suatu gen yang menyebabkan pigmen antosianin bekerja secara aktif. Berarti selain genetik, bisa dipengaruhi juga oleh lingkungan kan? Mungkin itu yang dibilang pa Suska tadi bahwa kalo yang ingin kita amati adalah genetikanya, faktor lingkungan ini harus dikendalikan: artinya bisa di-nolkan atau dibuat konstan (serbasama).
Dari sisi pembelajaran, percobaan ini okelah.
Tapi dari sisi bisnis (hortikultura) mungkin percobaan ini kurang menantang sebab:
- butuh waktu lama
- hasilnya agak mudah ditebak: kalo gak ijo, merah, ya ijo bercak merah. Tinggal liat mana yang dominan aja (ato sama2 dominan). Siapa sih yang tertarik soal berapa persentase hijau, merah dan bercak ?
Yang paling menarik, dan sepadan dengan usaha yang dikeluarkan ya tetap saja hibrida-hibrida baru hasil persilangan antar spesies, baik itu primer (melibatkan 2 spesies) atau kompleks (lebih dari 2 spesies). Inilah yang ditunggu-tunggu pasar dari para penyilang seperti BE, EP, Leilani dll.
|
|
|
Post by dontknowwhy on Sept 12, 2009 4:15:48 GMT 7
"Jadi kalo mau fokus mestinya thread ini diberi judul semacam: "Eksperimen Penyilangan N. rafflesiana ala Mendel", atau mungkin malah: "Cara Asik Belajar Hukum Mendel lewat Eksperimen Penyilangan N. rafflesiana".
..ini judul yang seru banget..terdengar santai dan fun.. ;D cocok buat hobiis seperti saya yang pengetahuan soal DNA sangat minim.. saya sih nggak tahu persis, apakah para breeder di luar sana juga harus belajar mengenai DNA dulu atau tidak.. kalau bicara silang menyilang apakah nggak lebih "santai dan fun", kalau kita buat penelitian sendiri mengenai siapa yang lebih dominan siapa yang lebih lemah dalam proses penyilangan. jadi bisa dikira-kira hasil silangannya seperti apa.. Contoh saja saya mengamati bahwa silangan dengan rafflesiana, biasanya ciri khas raff-nya selalu keluar, disilang dengan apapun kita masih bisa dengan mudah mengenali raff-nya..dst.. Yang lemah misalnya adalah northiana..biasanya hanya menyisakan bentuk daun, peristome-nya dan tutup peristome.. dll
..maaf kalau OOT.. dan maafkan juga pendapat saya yang "tidak ilmiah".. habis bingung sih... ;D
[/quote]
|
|
|
Post by rajah on Sept 12, 2009 4:27:14 GMT 7
Menarik juga pk Imam... senada dengan itu misalnya:
- apakah taring bical selalu resesif? - gigi hamata ? - bentuk squat ? - pita pada albomarginata? - sulur keluar dari tengah pada clipeata dominan? - karakter lowland/highland ?
|
|