ngisi dikit aah...
sebelumnya terimakasih banyak atas catatan panjangnya, harusnya kalo saya punya lebih awal bisa dipakai buat materi CEC..
Saya coba bantu jawab sedikit catatan Kang John:
Apakah mungkin kolektor tanaman Nepenthes dapat menyelamatkan habitatnya?sulit, karena seperti melawan ombak, datang bergulung dengan berbagai alasan, konversi dan pengrusakan lahan menjadi hal yang dihalalkan..
jadi sederhana saja, dalam versi saya, paling mudah adalah memindahkan neps ke satu lokasi rahasia yang dibuat menyerupai kondisi habitat asal, semoga satu saat kalau anak cucu kita mau melihat kebanggan negaranya tidak perlu ke negara lain..
Apakah mungkin poacher, kolektor, pedagang tanaman, eksplorer, peneliti dan aktivis dapat bersatu melawan kerusakan habitat?jawabannya ada di tulisan saya di atas, tinggal siapa yang mau berpartisipasi atau mau serius aja - siapapun dia - tanpa melihat apakah dia kolektor, pedagang, peneliti, etc..
Jika kita tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, maka jawablah pertanyaan ini: “Ngapain juga kita berkumpul kalau hanya menambah kerusakan?” kumpul gak ngumpul, kontribusi kita terhadap kerusakan habitat (menurut versi saya) sangatlah kecil.. bandingkan dengan pencinta anggrek, yang tentunya umlahnya lebih banyak dari kita, kebanyakan mereka pastinya punya hasrat terhadap anggrek dari hutan.. lihat saja anggrek liar yang dijajakan di jalanan - apakah lebih sedikit dibanding neps.. malah semenjak neps menjadi gak populer, penjualannya di lapak kaki lima menjadi turun..
Your Love is Killing Me
Juga, saya mengaku punya hasrat memiliki semua spesies dan silangan yang ada. Saya pernah ceroboh dan membunuh beberapa spesies yang dilindungi/terancam punah, seperti: N. clipeata, N. adrianii dan lain sebagainya. Percayalah, saya mungkin adalah kolektor terburuk yang pernah ada.jawabannya seperti di atas - justru karena memelihara neps sebenarnya sulit, hanya beberapa species dan hybrid yang tergolong gampang, banyak yang kapok dan nyerah.. soal "membunuh", sebenarnya mereka sudah terancam mati saat dicabut dari habitat..
kolektor terburuk? dilihat dari kacamata apa ya? buat yang mau nekat membelanjakan "sejumlah uang" buat eksperimen sih seharusnya tidak termasuk buruk - kan hasilnya buat dishare? mana ada ilmu tanpa pengorbanan, apalagi nyaris tidak ada buku yang menulis pengalaman memelihara neps.. justru sumbangan dari FTB kalo dibukukan bisa jadi pengalaman mahal..
Saya juga orang yang kerap sedih mendengar, membaca dan mengetahui kerusakan habitat tanaman yang kita cintai ini. Atau selalu kesal karena kurangnya perhatian pemerintah/masyarakat atas perlindungan tanaman ini.kelihatannya sdh capek meminta perhatian pihak manapun.. saya lebih suka kita mandiri aja, melakukan hal yang terbaik (versi kita masing-masing).. moga-moga mereka bisa bertahan di alamnya.. kita percaya alam memiliki mekanisme sendiri untuk bertahan..
Persoalannya, memiliki kedua perasaan ini (menjadi kolektor dan sekaligus mencintai habitatnya) bukan soal yang mudah. Rasa bersalah selalu menghantui dan sesekali merasa sangat malu.
Saya pernah berdiskusi dengan seorang aktivis lingkungan mengenai kerusakan habitat N. adrianii di G. Slamet. Waktu itu, dalam rangka dukungan dana dan menceritakan serunya ekspedisi. Ditengah-tengah obrolan yang asyik itu, tiba-tiba dia bertanya: “Bai de wei, lo ngoleksi juga tanamannya?” Saya jawab, “Iya”. Segera, dia tersenyum. Sinis. Raut wajahnya berubah drastis. Seolah-olah ingin mengatakan: “Taik kucing luh! Omong kosong-lah obrolan ini” Duh, rasanya pengen banget kabur…
to be truth, saya gak peduli mau disebut apa.. yang penting ada outputnya gak? mau dia kolektor, pedagang, aktivis, yang penting ada karya nyata gak? ngapain malu..
Teman-teman yang tercinta. Pengalaman saya ini adalah potret riil dari citra kolektor tanaman pada umumnya, terutama di mata aktivis lingkungan. Kolektor itu sucks! Kira-kira begitu deh. Sebab kolektor-lah yang menggerakkan orang-orang di hutan untuk mencabuti tanaman-tanaman langka. Itu argumen mereka.
hahaha... saya paling sebel sama aktivis yang cuma bisa nyalahin kolektor aja.. dalam kasus neps jangan disamain sama anggrek, atau yang lain.. toh ada atau nggak kolektor neps, habitat tetap aja rusak - yang kita lakukan sekarang ini cuma menjaga keberadaannya aja, baik melalui insitu maupun ex situ (ejaannya bener atau salah ya?).. jumlah pencinta neps berapa banyak sih (sekali lagi)..? lagian gak semua neps sekali lagi gampang dipelihara.. ngabisin duit buat memeliharanya..
Kebersamaan kolektor? Bullsh**s, ah! Antar kolektor itu pasti bersaing, John! Mana ada sih, kolektor yang gak pengin punya tanaman yang dipunya kolektor lain? Mereka itu saling pamer, bro.
Saling berderma? Suka dibagiin gratis? Halah, racun itu.. Ujung-ujungnya pasti disuruh beli. Semua orang mau duit, Bos. Gratis itu pasti ada maksudnya.
hahaha ini memang penyakit kolektor.. tapi percayalah, masih ada kolektor "putih" kok.. ini sih kaya yin dan yang aja sebenarnya.. kalo di dunia maya ada hacker hitam, ada juga hacker putih..
Masih banyak yang mau berbagi kok.. kalo bagi saya ada berbagi itu kenikmatan.. tujuan pertama: kalo ada yg mau ngerasain nyoba memelihara neps gak usah jauh-jauh ke hutan atau beli cabutan, mending nyobain hasil kultivasi yang sdh terjamin sehat dan aman.. kebanyakan orang kapok memelihara setelah tanamannya mati.. dan kalo di pasaran sdh cukup ada, ngapain beli neps yang beresiko?
Ironis ya? Padahal kan kolektor-lah yang memuliakan tanaman-tanaman itu. Yang membuat tanaman-tanaman itu menjadi penting, berharga dan bernilai adalah kolektor. Singkatnya, cinta kita ternyata justru mengakibatkan kerusakan. Sial amat ya. Tragis abis.
Kalo Nepe bisa ngomong mungkin begini: “Cinta lu bikin gue mati, tauk!”
... kalo versi saya kita seharusnya masih bersyukur masih ada orang-orang gila yang memuliakan "tanaman gulma".. salah satu kebanggaan Indonesia yang gak dipedulikan sama kita sendiri karena cuma dianggap gulma.. mau kasus kopi dan teh terulang ?
Apakah KTKI adalah Harapan?
Teman-teman yang tercinta. Kita mungkin bisa membela diri. Ah, mereka berlebihan, John. Yang kita miliki tuh ga seberapa dengan kerusakan yang dilakukan oleh pembukaan lahan (untuk pertanian, perkebunan dan penebangan kayu). Lo sekali-kali ke hutan dong. Justru, kita nih yang menyelamatkan nepenthes dari ketidakpedulian orang-orang, dan penelantaran akibat pembukaan lahan.
Lagian kan, kita membeli karena ada yang menjual. Sebaliknya, yang jual bilang: Ngapain juga lu beli? Yang matiin kan elu (kolektor). Waktu, ditangan gw, tuh taneman masi idup, kok! Akhirnya, baliknya lagi-lagi ke kolektor.
Ah, kolektor lagi.
Kolektor lagi.
Kolektor?KTKI bukanlah tukang sulap yang bisa dengan sekejap mata merubah keadaan..saya kira kolektor di KTKI tidak senegatif kolektor lain..disini semangat berbagi saya lihat sangat tinggi, yang pedagang berkedok kolektor tentu saja juga ada.. tapi kelihatan kok pada akhirnya yang mana yang kolektor sejati (dan tentunya bertanggung jawab)
sekali lagi kita gak terlalu pusing sama sapa aja yang mengklaim "menyelamatkan neps", real hero gak pernah minta penghargaan dalam bentuk apapun kok.. (siapapun dia)..
Upaya untuk mencari solusi? Silakan cek lagi rekapitulasi aktivitas KTKI yang saya tulis sebelumnya. Dari mulai sekadar saling berbagi, kemudian timbul ide bikin Toko KTKI supaya ada kas. Iuran anggota juga. Mimpi punya konservasi ex situ bersama. Bikin proposal dan kesana-kemari mencari peluang bisnis. Gila kan?sampai terakhir, ada anggota yang sinis dan mencibir atas aktivitas KTKI.. saya sih gak ambil pusing, malah saya berterimakasih atas cibirannya.. karena saya cukup tahu maksudnya baik.. dan saya juga semakin bergairah mendapatkan cibiran tersebut..
Gila? hahaha.. kalo gak ada orang gila mana ada penerbangan ke bulan? dan berbagai hasil karya orang-orang gila yang bisa membuat hidup ini lebih berarti
love will find the way kalo kata orang bijak.. dan saya melihat ada kemajuan kok di KTKI ini, ini berkat kecintaan pasukan yang gak seberapa banyak tapi cintanya selangit sama tanaman ini.. thank you all..
dan buat saya kegilaan ini adalah salah satu upaya menghargai dan belajar dari salah satu ciptaanNya.. bayangkan aja ada gak mekanisme buatan manusia yang bisa meniru proses perubahan dari daun menjadi kantong.. subhanaallah..
Persoalannya bagaimana cara kita menjalankannya? sudah berjalan kok dengan versi masing-masing..
saya sendiri susah payah berupaya mewujudkan museum nepenthes, semoga sekali lagi nantinya anak cucu kita gak perlu susah payah ke hutan (kalo masih ada) buat nengok nepenthes..
membaca banyaknya tanggapan ats thread ini aja udah kelihatan kok kepedulian teman-teman..
silahken dilanjut kang John..