Post by Edwin Dwianto on Feb 14, 2013 8:42:41 GMT 7
Bagi teman2x yang punya berita di koran, baik hard copy yang di scan, ato soft copy dari link internet ttg KTKI, share di sini ya...
==============================
Koran Seputar Indonesia, 12 Feb 2013
(sumber)
Thanks to Bang John atas liputan ini.
MAJU TERUS KTKI !!!
Cegah Kantung Semar Punah
75% kantung semar tumbuh di Indonesia. Namun, justru warga asing yang lebih peduli pada tanaman berkantung pemakan serangga ini. Karena itu, Komunitas Tanaman Karnivora Indonesia (KTKI) ingin menyelamatkan tumbuhan ini dari kepunahan di habitat aslinya.
Kantung semar atau spesies Nephentes memang unik. Tanaman karnivora ini memangsa binatang, terutama serangga, sebagai nutrisi untuk pertumbuhannya, dengan cara membentuk kantung di ujung daun. Di bibir kantung tersebut terdapat cairan licin yang aromanya mengundang datangnya serangga.
Setelah hinggap di permukaannya, serangga akan tergelincir dan masuk ke dalam kantung. Serangga akan hancur oleh zat asam dan menjadi makanan kantung semar. Sekitar 73 dari 121 spesies kantung semar tumbuh tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Papua. “Spesies kantung semar biasanya dibedakan berdasarkan pada perbedaan bentuk kantung, daun, batang, dan bunganya,” kata Dinno M Dionysius, atau biasa disapa Pakde, anggota KTKI.
Karena keunikannya, tanaman ini banyak dilirik warga asing. Sementara orang Indonesia kurang memedulikannya. Hal ini tampak dengan tumbuhnya komunitas pencinta kantung semar di seluruh dunia dan banyak dibudidayakan oleh mereka. Di antaranya di Belanda, Republik Ceko, Inggris, Irlandia, Italia, Jerman, Prancis, Amerika Serikat, Kanada, Argentina, Brasil, dan Australia.
Selain itu, kantung semar sebagai tanaman hias komersial terus berkembang di pasar global. Bahkan, di India sedang dikembangkan zat renik serangga yang dihasilkan dari kantung semar sebagai obat diabetes. “Padahal, Indonesia adalah surga Nepenthes di dunia. Tentu ini menjadi kebanggaan bangsa. Apalagi beberapa jenis semakin langka,” tutur John Muhammad, Ketua KTKI.
Berdasarkan kenyataan itu, KTKI didirikan pada 7 Mei 2006 oleh delapan orang pendiri. Tujuannya sebagai tempat berbagi informasi, pengetahuan, ide, dan pengalaman para anggotanya terkait kantung semar. Menurut John, anggota komunitas ini umumnya merupakan pencinta tanaman karnivora. Namun, latar belakang dari mereka bervariasi, mulai para pehobi, petani, peneliti, pengajar, pelajar, pebisnis, pemerhati, pers, hingga anggota masyarakat lainnya, baik yang berdomisili di Indonesia maupun di negara lainnya.
Kini tidak hanya sebagai komunitas kolektor, KTKI berkembang menjadi organisasi yang berperan aktif dalam konservasi kantung semar di habitat aslinya. Anggotanya sekarang sudah mencapai ribuan orang. “Kalau di Forum Tanaman Buas memang sudah ada 1.500 orang. Namun, yang tercatat di kami, ada 120 orang. Itu pun yang aktif hanya sekitar 30 orang,” ujarnya.
Aktivitas dan program KTKI, lanjut dia, di antaranya pengumpulan koleksi, melakukan ekspedisi, membudidayakan, mempromosikan, dan memperdagangkan koleksi kantung semar. Biasanya komunitas ini berkumpul seminggu sekali pada akhir pekan untuk sekadar berbagi pengalaman. Mereka juga rutin mengikuti pameran tanaman hias Pameran Flora dan Fauna (Flona) di Lapangan Banteng atau di Mangga Dua Square, dan WTC Mangga Dua.
Sementara ekspedisi dilakukan beberapa kali dalam setahun. Tujuannya untuk peninjauan lokasi habitat asli, penemuan kembali, pengambilan spesimen, hingga penemuan spesies baru. Di antaranya yang pernah dikunjungi adalah Gunung Slamet, Gunung Salak, dan daerahdaerah lain di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Papua.
Dalam waktu dekat, KTKI juga akan membuka Rumah Nepenthes di Kebun Raya Cibodas, Jawa Barat, sebagai tempat pendidikan, sekaligus penyelamatan kekayaan alam Indonesia dengan memusatkan koleksi seluruh jenis tanaman kantung semar di suatu wahana ekowisata. “Rencananya bulan April 2013 ini akan resmi dibuka untuk umum. Luasnya mencapai 100 meter persegi,” kata John. ● rendra hanggara
==============================
Koran Seputar Indonesia, 12 Feb 2013
(sumber)
Thanks to Bang John atas liputan ini.
MAJU TERUS KTKI !!!
Cegah Kantung Semar Punah
75% kantung semar tumbuh di Indonesia. Namun, justru warga asing yang lebih peduli pada tanaman berkantung pemakan serangga ini. Karena itu, Komunitas Tanaman Karnivora Indonesia (KTKI) ingin menyelamatkan tumbuhan ini dari kepunahan di habitat aslinya.
Kantung semar atau spesies Nephentes memang unik. Tanaman karnivora ini memangsa binatang, terutama serangga, sebagai nutrisi untuk pertumbuhannya, dengan cara membentuk kantung di ujung daun. Di bibir kantung tersebut terdapat cairan licin yang aromanya mengundang datangnya serangga.
Setelah hinggap di permukaannya, serangga akan tergelincir dan masuk ke dalam kantung. Serangga akan hancur oleh zat asam dan menjadi makanan kantung semar. Sekitar 73 dari 121 spesies kantung semar tumbuh tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Papua. “Spesies kantung semar biasanya dibedakan berdasarkan pada perbedaan bentuk kantung, daun, batang, dan bunganya,” kata Dinno M Dionysius, atau biasa disapa Pakde, anggota KTKI.
Karena keunikannya, tanaman ini banyak dilirik warga asing. Sementara orang Indonesia kurang memedulikannya. Hal ini tampak dengan tumbuhnya komunitas pencinta kantung semar di seluruh dunia dan banyak dibudidayakan oleh mereka. Di antaranya di Belanda, Republik Ceko, Inggris, Irlandia, Italia, Jerman, Prancis, Amerika Serikat, Kanada, Argentina, Brasil, dan Australia.
Selain itu, kantung semar sebagai tanaman hias komersial terus berkembang di pasar global. Bahkan, di India sedang dikembangkan zat renik serangga yang dihasilkan dari kantung semar sebagai obat diabetes. “Padahal, Indonesia adalah surga Nepenthes di dunia. Tentu ini menjadi kebanggaan bangsa. Apalagi beberapa jenis semakin langka,” tutur John Muhammad, Ketua KTKI.
Berdasarkan kenyataan itu, KTKI didirikan pada 7 Mei 2006 oleh delapan orang pendiri. Tujuannya sebagai tempat berbagi informasi, pengetahuan, ide, dan pengalaman para anggotanya terkait kantung semar. Menurut John, anggota komunitas ini umumnya merupakan pencinta tanaman karnivora. Namun, latar belakang dari mereka bervariasi, mulai para pehobi, petani, peneliti, pengajar, pelajar, pebisnis, pemerhati, pers, hingga anggota masyarakat lainnya, baik yang berdomisili di Indonesia maupun di negara lainnya.
Kini tidak hanya sebagai komunitas kolektor, KTKI berkembang menjadi organisasi yang berperan aktif dalam konservasi kantung semar di habitat aslinya. Anggotanya sekarang sudah mencapai ribuan orang. “Kalau di Forum Tanaman Buas memang sudah ada 1.500 orang. Namun, yang tercatat di kami, ada 120 orang. Itu pun yang aktif hanya sekitar 30 orang,” ujarnya.
Aktivitas dan program KTKI, lanjut dia, di antaranya pengumpulan koleksi, melakukan ekspedisi, membudidayakan, mempromosikan, dan memperdagangkan koleksi kantung semar. Biasanya komunitas ini berkumpul seminggu sekali pada akhir pekan untuk sekadar berbagi pengalaman. Mereka juga rutin mengikuti pameran tanaman hias Pameran Flora dan Fauna (Flona) di Lapangan Banteng atau di Mangga Dua Square, dan WTC Mangga Dua.
Sementara ekspedisi dilakukan beberapa kali dalam setahun. Tujuannya untuk peninjauan lokasi habitat asli, penemuan kembali, pengambilan spesimen, hingga penemuan spesies baru. Di antaranya yang pernah dikunjungi adalah Gunung Slamet, Gunung Salak, dan daerahdaerah lain di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Papua.
Dalam waktu dekat, KTKI juga akan membuka Rumah Nepenthes di Kebun Raya Cibodas, Jawa Barat, sebagai tempat pendidikan, sekaligus penyelamatan kekayaan alam Indonesia dengan memusatkan koleksi seluruh jenis tanaman kantung semar di suatu wahana ekowisata. “Rencananya bulan April 2013 ini akan resmi dibuka untuk umum. Luasnya mencapai 100 meter persegi,” kata John. ● rendra hanggara