|
Post by indra on Sept 18, 2008 22:01:05 GMT 7
adeeem...adeeem...betul kata bang suhud...beda pendapat bukan berarti bermusuhan. Para Senior dan Suhu Nepenthes, bukankah lbh baik merangkul dan persuasif. yg salah d benarkan,yg kurang jelas d jelaskan, yg bengkok d luruskan. alangkah indahnya apabila mmng nepenthes bisa menjadi tuan rumah d negeri sendiri dan para pecintanya berjalan d jalan yg sama.
|
|
danish
Regular Member
Posts: 74
|
Post by danish on Sept 18, 2008 22:11:39 GMT 7
Salam Kenal Mba Huya,
Untuk rekan2 yang merasa pemerhati, komentator atau senior dalam hal ini seharusnya lebih bijaksana dalam memberikan coment dan tentunya memberikan solusi bukan sebaliknya. Seharusnya kita bersatu saling memberikan dukungan agar nephe menjadi tuan rumah di negeri sendiri ( Mimpi Kali yee...) Mba Huya beranggapan ini benar wajar saja, karena mungkin selama ini kurangnya informasi yang didapat tentang konsep pernephian di Indonesia ( Mungkin blum kali yaa..hehe) Nephe Import atau Nephe Cabutan menurut saya tidak ada yang lebih baik... Untuk mas Adrian saya hargai idealisme anda, tetapi seharusnya anda anda dapat melihat permasalahan ini lebih objektif.
|
|
|
Post by trichocarpa on Sept 19, 2008 0:23:50 GMT 7
fakta yg ada... kolektor atau penggemar nepe masih lebih senang dgn species asli hutan daripada hasil cloning....
selama ada permintaan pasar pasti ada yg berusaha utk menyediakan.
(terus terang saya selalu berdebar-debar kalo ada sms ato pm yg isinya menginformasikan bahwa ada yg mau jual species2 langka dr hutan/gunung tertentu, apalagi kalo pake embel-embel udh adaftasi.... saya akui itu salah satu kelemahan saya sebagai 'penggemar nepe'. tentu saja 'penggemar nepe' sangat beda dgn 'pencinta nepe'....)
''PEMBINAAN'' mungkin ini salah satu tugas terberat KTKI. (semakin banyak org-org yg bisa mengakses habitat-habitat nepe di Indonesia ikut bergabung di forum ini akan semakin baik....KTKI harus melihatnya sebagai aset)
|
|
|
Post by gymnamphora on Sept 19, 2008 0:41:25 GMT 7
adeeem...adeeem...betul kata bang suhud...beda pendapat bukan berarti bermusuhan. Para Senior dan Suhu Nepenthes, bukankah lbh baik merangkul dan persuasif. yg salah d benarkan,yg kurang jelas d jelaskan, yg bengkok d luruskan. alangkah indahnya apabila mmng nepenthes bisa menjadi tuan rumah d negeri sendiri dan para pecintanya berjalan d jalan yg sama. Kang Suhud dan Mas Indra, saya sependapat forum ini bukan forum cari musuh,forum saling tukar pendapat,forum persaudaraan....ada kalanya perbedaan pendapat wajar.. saya hanya menegaskan bahwa bisnis dengan kedok konservasi adalah ironis.. Dan sebenarnya maksud saya ingin mendengarkan bagaimana konsep konservasi Mbak Huya yang memperkenalkan di sini sebagai ekplorer yang peduli terhadap alam Sulawesi..simplenya saya ingin mendengar ide dan gagasannya,yang saya pikir bisa menjadi solusi baru tentang konservasi Nepenthes sekarang ini. tapi yang terjadi saya lihat jawaban dari pertanyaan saya,justru mengambang pembelaan diri khas Hunter.. Salam Kenal Mba Huya, Untuk rekan2 yang merasa pemerhati, komentator atau senior dalam hal ini seharusnya lebih bijaksana dalam memberikan coment dan tentunya memberikan solusi bukan sebaliknya. Seharusnya kita bersatu saling memberikan dukungan agar nephe menjadi tuan rumah di negeri sendiri ( Mimpi Kali yee...) Mba Huya beranggapan ini benar wajar saja, karena mungkin selama ini kurangnya informasi yang didapat tentang konsep pernephian di Indonesia ( Mungkin blum kali yaa..hehe) Nephe Import atau Nephe Cabutan menurut saya tidak ada yang lebih baik... Untuk mas Adrian saya hargai idealisme anda, tetapi seharusnya anda anda dapat melihat permasalahan ini lebih objektif. Bung Danish, Saya kira saya sudah cukup memberikan solusi kepada Mbak Huya,mungkin Bung bisa bersabar mencermati lagi tulisan saya sebelum reply ini... tergantung bagaimana respon selanjutnya mbak Huya,apakah dia mau diajak untuk bersama2 berjuang demi kelestarian Nepenthes,memasyarakatkan tanpa mengorbankan Nepenthes dialam..dan bersedia menerima kritik model apapun,.. Pada awalnya saya ikut merasa bahagia dan memulai ke arah mendukung ketika mendengar ada satu lagi rekan yang peduli untuk mengekplore,mempelajari Nepenthes di Sulawesi..plus ada niatan konservasi.. karena Mbak Huya tulis di thread lain bercerita tentang kondisi pernepenthesan di Sulawesi..tentang kerusakan alam dan sebagainya..tentang pengakuannya menjelajah hutan pegunungan Sulawesi (ini kesempatan langka bagi orang diluar pulau Sulawesi) tapi persepsi saya berubah ketika beberapa rekan2 melapor ke saya klo Mbak Huya ternyata menjual Nepenthes cabutan alam dengan jumlah bombastis dan ditambahin dengan cerita akibat perusakan habitat nepe...kontradiktif bukan?dan saya lihat beberapa keganjilan pada post sebelumnya..untuk itulah saya pertegas...Hunter atau Konservator? Subyektive bukan .. Klo seorang konservator apa yang mbak Huya paparkan pada awal2nya seharusnya adalah sebuah kondisi dan berakhir pada solusi,upaya realisasi untuk penyelamatan,mengajak rekan2 untuk menyumbangkan pemikiran,aksi..pastinya tidak berakhir pada "hub.saya di nomor XXXXXXXX jika minat".atau embel2 jumlah terbatas dst... Saya yakin Bung Danish yang di Sumatera Barat,pusatnya diversitas nepenthes unik.. Juga punya konsep/sudut pandang tersendiri mengenai penyelamatan Nepenthes di daerah anda,bagaimana Nepenthes dialam tetap lestari dan budidaya yang berkelanjutan...Selama anda masih optimis di Nepenthes dan masih ada impian yang jauh kedepan,menjadikan Nepe sebagai tuan rumah di negri sendiri yang tidak sekedar mimpi... ide anda bisa dishare disini, Thanks semoga menjelaskan,
|
|
|
Post by kakashi on Sept 19, 2008 8:08:25 GMT 7
Inti masalahnya simple. Kalo anda memang hunter nepenthes ya sudah, alangkah baiknya kalau tidak membawa atas nama konservasi trus penjajah eh penjelajah.. Menjual nepenthes yang di ambil dari alam terus menjualnya karena butuh dana untuk konservasi nepenthes itu sendiri. Lha terus nepenthes yang dilestarikan itu yang mana? Ini hanya menjadi lingkaran setan yang ngga berujung. Seumpama nih dana untuk "eksplorasi" anda ternyata hanya bisa di tutup dengan menjual semua nepenthes yang anda ambil .Trus mana yang dilestarikan? Apa bedanya dengan ilegal logging kan? Cuman ini pohonnya kecil2.. Bung Adrian memang sosok yang idealis tapi selama idealis itu benar dan selalu di pegang teguh kenapa tidak?? Dan bila anda memang bermimpi membuat sebuah konservasi untuk nepenthes ya idealisme seperti Mas Adrian yang cocok di terapkan.. ;D peace..
|
|
|
Post by TaZ on Sept 19, 2008 8:56:43 GMT 7
Salam Damai Semua Mungkin Bu huya bisa maein2 ke tempat pak suska dan melihat bagai mana sebernarnya kantong semar di budidayakan (memang mengambil sedikit dari alam) tp hanya 1 kali dan nantinya akan di budidayakan dengan di stek atau biji dalam artian tidak mengambil membabi buta dr hutan bu bukan saya munafik saya pun br menyukai kantong semar dan saya pun mengoleksi tanaman2 carnivore lain dan banyak tanaman saya ada yang dr cabutan dan juga ada yang dr nursery yang memang mengembangkan nya dari biji ataupun stek mungkin ibu / bapak huya bisa mencontoh dr pak suska memang keuntungan nya kurang dr pada ambil langsung dr hutan, tp kedepan nya apabila di hutan sudah tidak ada nepe lg mau jual atau MELESTARIKAN apa ? sedangkan kalau kita benar2 melestarikan dengan menangkar dan membuat indukan nepe ataupun stek nepe ngak bakal abizzz bu stok nya Lha WoNg Pabriknya Produksi Terus Inti Jangka pendek KONVERSI dengan menjual lgs dr hutan PAling cm 3th udah abiz Jangka panjang dengan Membuat Pengangkaran dan penyuluhan KE desa2 Dekat habitat Nepe Membuat KIta yang akan Mengexpor nepe Ke luar negri jangka pendek memang keuntungan di depan mata tp jangka panjang keuntungan sedikit tp 5 tahun lagi Waw Bisa Jadi GUnung emas Buat siapapun Yang menangkarkan NB:Mungkin gymnamphora bisa mengoreksi pendapat saya ) Thx Peace
|
|
|
Post by rajah on Sept 19, 2008 12:36:30 GMT 7
Saya agak terganggu nih dengan judul di atas: ' konservation'. Bilang saja konservasi atau sekalian conservation Saya tertarik dengan sebutan "konsep konservasi" dari aagym. Yang saya amati ada beberapa konsep yang berkembang, entah itu bisa diakui sebagai kegiatan konservasi atau bukan: Konsep 1, betul-betul tidak mengambil dari alam, hanya mencatat, mendokumentasikan dan mengambil sampel kantong, daun dsb sebagai bahan herbarium. Bentuk seperti ini paling sedikit dampak rusaknya terhadap alam. Konsep 2, mengambil biji-biji dari alam, tapi kemudian diperbanyak lewat kuljar. Konsep 3, menyetek dari alam, menanamnya sampai dewasa dan sehat, baru kemudian memperbanyak lagi tanaman yang sudah dewasa tsb lewat setek atau biji untuk dijual. Konsep 4, mengambil (mencabut) Nepenthes dari alam dalam jumlah sedikit untuk dipelihara tapi tidak pernah & tidak akan dijual. Hanya sebagai bahan indukan unggul/plasma nutfah. Nah, kalau ada orang2 yang mengambil (mencabut), lalu menjualnya, menurut saya sih itu bukan konservasi, tapi perdagangan atau eksploitasi atau apalah namanya. Dari sudut pandang mereka, lenyapnya 1 habitat bisa berarti "lenyaplah pendapatanku". Memang ada konsep konservasi yang disebut penangkaran, di mana tumbuhan liar bisa diambil dari habitatnya untuk ditangkarkan, tapi setahu saya nggak sebarang orang bisa mengatakan dirinya penangkar. Yang menarik di sini, huya mengaku sebagai penangkar dan menjual 10% dari 'hasil tangkarannya' untuk membiayai kegiatan konservasinya. Tunggu dulu, ini saya baca dari situs Dephut: lk.dephut.go.id/LK/upload/pemanfaatan%20jenis.pdfPenangkaran= upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran tumbuhan dan satwa liar dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya
Jenis tumbuhan dan satwa liar untuk keperluan penangkaran diperoleh dari habitat alam atau sumber-sumber lain yang sah menurut peraturan pemerintah ini. Satwa liar yang dilindungi yang diperoleh dari habitat alam untuk keperluan penangkaran dinyatakan sebagai satwa titipan negara.
Kegiatan penangkaran jenis tumbuhan dan satwa liar dapat dilakukan atas izin Menteri. Izin dapat diberikan kepada:
1. Setiap orang 2. Badan hukum 3. Koperasi 4. Lembaga Konservasi
Izin penangkaran yang diberikan tersebut juga sekaligus merupakan izin untuk dapat menjual hasil penangkaran setelah memenuhi standar kualifikasi penangkaran tertentu. Standar kualifikasi penangkaran ditetapkan dengan dasar:
- batas jumlah populasi jenis tumbuhan dan satwa hasil penangkaran
- profesionalisme kegiatan penangkaran,
- tingkat kelangkaan jenis tumbuhan dan satwa liar yang ditangkarkan.
Kewajiban setiap penangkar dalam melaksanakan kegiatan penangkaran, adalah :
- membuat buku induk tumbuhan dan satwa liar yang ditangkarkan
- melaksanakan sistem penandaan dan/atau sertifikasi thd individu jenis yg ditangkarkan
- membuat dan menyampaikan laporan berkala kepada pemerintah.
Hasil penangkaran tumbuhan yang dilindungi dinyatakan sebagai tumbuhan yang tidak dilindungi dan dapat digunakan untuk keperluan perdagangan.
|
|
|
Post by c3pot on Sept 19, 2008 14:01:30 GMT 7
Bener pak David, judulnya mustinya di ganti aja dah OOT - nya jauh bener.....
Dikirain thread tentang tinjauan lapangan Nepe di alam, jenis, habitatnya de el el ........................ taunya UUD.
Kalau threadnya di delete, sayang........... di dalemnya ada semangat KTKI dari om Gymanphora dan para senior lain,
Kalau di ganti judulnya bisa ngak boss "Semangat KTKI" gitu.
|
|
|
Post by clipeata on Sept 19, 2008 14:34:07 GMT 7
hello.. selamt sore teman2... baru balik dari malaysia nih..... pas buka forum kok uda ribut2.... hahahaha.....
hallo mbak meling (huya)... apakabar? maaf ya... kalo waktu itu dulu aku gak jadi ambil tanaman nya... hahahaha.... jangan marah lg yah.... hehehehehe.... aku bukan sengaja kok....
|
|
|
Post by bonsay on Sept 19, 2008 14:45:23 GMT 7
Judulnya supaya lebih menarik jadi "To Cabut or Not To Cabut" atau "Konservation or Konservasi"
pada dasarnya kalo saya gak masalah dapet tanaman cabutan asal udah dibuat hidup... tapi kalo cabutannya seperti di lapangan banteng kemaren waduh... bukan jualan namanya tapi Pembantaian.
|
|
huya
Regular Member
Posts: 21
|
Post by huya on Sept 19, 2008 17:50:23 GMT 7
Setiap orang punya hak untuk berpendapat, jika ada yg kontra itu hak anda. apapun pendapat anda sy nilai dengan positif dan bijaksana.
asal usul nept yg sy temukan ditebing bekas2 longsoran dimana kapan sj siap longsor dan digusur alat berat. iduknya tentu sj tetap utuh entah dimana di puncak gunung. dihabitat tsb ada 2 musim, saat musim hujan semua tanaman hidup subur apa lg lumut tapi saat musim kemarau jangankan rumput nepe tgl 2 3 daun yg segar yg lain tentu sj kering merana, saat musim hujan sepanjang jalan bisa mencapai 20 titik longsor.
info saja nepe dikebun sy sudah beberapa kali berbunga langsung jd biji tanpa lewat proses perkawinan.
awal thn 2007 Sy kenal tanaman sp dari kaltim tepatnya disamarinda kebetulan ada byk yg jual tanaman, sebelum pulang kampung sy sempatkan seharian lihat2 tanaman, maka sy temukan yg namanya kantong semar dan anggrek hutan dan orang tsb menjelaskan. ternyata di kampung sy sendiri bisa ditemukan dgn mudah di hari pasar. wkt demi wkt sy mengumpulkan tanaman sp, sy mungkin termasuk org yg terlambat yg menanam anggrek nept sp, menurut info sejak tahu 70 an dan 80 at 90 an anggrek mau pun nepenthes di export besar2ran dari sulawesi ke belanda, tdk tahu siapa yg export? eranya bu Tien. awal tahun 07 kebetulan sy lihat teman punya info kits trubus, karena penasaran sy membeli buku tsb juga, saat mengumpulkan tanaman sp terutama anggrek sy mendapat info mcm2 mengenai pembeli besar2an dgn tujuan kepulau jawa maupun lwt jalur gelap ke luar negeri tujuan jerman, dll, dari situ muncul ide untuk memblokir transaksi besar2an. tdk heran kalau ada banyak orang tidak senang sama sy.
suatu hari muncul ide di perkampungan dibw kaki gunung gawalise untuk membuat taman anggrek dll yg dianggap langkah, seorang teman tsb mendukung kebetulan punya lahan leluhur siap dipakai untuk budidaya mcm2 tanaman namun segi keamanan sgt penting blm mendukung akhirnya impian tsb blm terwujud.
hari ini saya dapat info klu hutan lumut ada 4 diwilayah sulteng dan hanya 1 hutan yg di lindungi. setelah sy baca buku balai taman nasional khususnya lore lindu sepertinya orang kehutanan sendiri tidak mengetahui jenis2 nepenthes yg ada hanya tahu kantong semar. saat ini sedang dicanangkan konservasi masyarakat, bukankah kita termasuk orang yg ikut konservasi?
sy sangat menyukai travelling dihutan kampung2 karena saat di alam sejuk terbuka sy lebih sehat, dan tentu sj bisa kenal byk orang dan adat istiadat setempat, kebetulan sy termasuk orang pariwisata, untuk experimen tentu sj pasti ada yag jadi korban, bukankah itu hal yang wajar? jika ada yg lebih hebat dan pakarnya, sangat bijaksana bila mau membagi pengalamannya. sy menulis konservation muncul ide tsb setelah bc topik kalah cepat.
siapapun punya hak memberi pendapatnya mengenai topik ini, berdebat boleh tapi jangan sampai bermusuhan.
|
|
huya
Regular Member
Posts: 21
|
Post by huya on Sept 19, 2008 18:07:34 GMT 7
sy kenal baik tanaman baru 2 tahun dan sy menyukai semua jenis tanaman, awalnya saya bergabung di PPBI Persatuan perhimpunan bonsai indonesia cab palu ada sj kerikil, saat aspac di Bali sy jd tahu kenapa orang luar begitu peduli sama tanaman, kemudian sy bergabung di PAI cab Palu eh Ketuanya korupsi dana sumbangan pemerintah, di forum sy angkat topik konservation sulawesi orang2 pada ribut.
|
|
|
Post by dontknowwhy on Sept 19, 2008 18:19:40 GMT 7
Adooww..gak buka web 2 hari..dah rame..yuuk kita ngobrolnya sambil nyantai nyeruput teh manis hangat...Pak Rajah, thanks buat tulisannya, detail yang kaya gini yang bikin kangen euy!welcome back!
Nah..sekarang ijinkan saya melihat dari kacamata hobbiis dulu.. (sekaligus newbie).. NB: saya jangan dimusuhin ya habis ini..
Karena mungkin kebanyakan dari kita adalah hobiis dengan latar belakang macam-macam..kemungkinan besar kita mengenal neps malah dari pameran..saya sendiri beli neps pertama di pameran lingkungan hidup (ironis bukan?), yang saya beli ampullaria dan rafflesiana, waktu saya beli saya sama sekali tidak tahu perawatannya, cara membuatnya berkantong deelel..apalagi saya gak tahu apakah itu cabutan atau bukan..kepuasan pertama saya muncul waktu bisa membuatnya hidup, terus muncul kantong.. setelah itu satu-demi satu literatur bermunculan dari trubus, sampai ikutan milis trus ikutan forum.. Betul saya setuju dengan pendapat Pak Bachrul, kita pasti pengen gak cuma satu jenis, terus-terus dan terus nyari yang terbaru, (kita semua gitu bukan, makanya ada wish list hehe..) tapi catat baik-baik: bahwa hobiis sejati tidak akan pernah berusaha memicu pencabutan neps di alamnya.. faktanya memang harga murah memicu hobiis belanja, tapi catat baik-baik juga bahwa banyak hobiis yang kapok memelihara neps cabutan karena banyak yang KO..lha melihara neps sejujurnya gak gampang lho..memelihara yang sehat yang berasal dari budidaya aja bisa KO kok apalagi yang cabutan.. Beneran memelihara neps itu gak gampang (ternyata), coba pikirin: 1. gak bisa ditinggal keluar kota lama-lama, pasti ada yang KO - jadi kalo ada tugas keluar kota, jadi gak tenang was-was 2. susah nitipin minta tolong orang buat nyiramin - pasti ada aja yang klewat 3. jadwal kesibukan nambah,harus bangun lebih pagi buat nyiram sebelum ngantor, gitu juga pulang kantor biar udah ngantuk, cape, harus nyiram dulu hehe.. 4. suka mendadak KO tanpa tahu penyebabnya Sisi positifnya: kita jadi lebih rajin dan disiplin hehehe..
Kaitannya dengan konservasi, begitu saya kenal banyak literatur, kenal teman-teman yang idealis keluar masuk hutan,dengan kecintaan, dengan tujuan mulia, mendengar fakta kondisi mereka di alam, saya tergerak (walaupun dengan keterbatasan saya tentunya), saya memang gak sempat masuk hutan - saya melakukan konservasi dengan cara sederhana, salah satu hal yang saya lakukan (karena kita gak bisa seperti Nabi Nuh mengutip kata AA Gym, prioritas saya biasanya memilih membeli neps yang memang langka, silangan alami , untuk diselamatkan (walau kadang harganya gak masuk akal), ini juga menghindari 'kaburnya' neps kita ke negeri lain.., atau kalo ada dana disisihkan untuk beli maxima yang kemarin dalam kardus untuk diselamatkan. Sambil berjalan saya coba perbanyak dengan stek..kalo bisa kuljar dikuljar deeh, dalam kasus ini saya meniru orang asing..
Dari sini kita melihat bahwa jumlah hobiis neps pertumbuhannya tidak sama dengan pencinta anggrek misalnya.., karena species neps yang kita anggap paling mudah berkantong, tahan banting gak selamanya seperti itu, misalnya gracilis, mirabilis.. jadi hobiisnya pun mulai terseleksi, hanya mereka yang akhirya tahan uji mental dan batin yang akhirnya menjadi true hobiis neps..jadi tidak ada alasan untuk menghabiskan seluruh isi neps di hutan dengan alasan konservasi..
Nah dari perdebatan kita, kasusnya berbeda ketika kita menemukan lahan yang tiba-tiba sudah dirusak dimana banyak terdapat (mungkin puluhan) neps yang dirusak, dibabat.. daripada mereka tersia-sia, lebih baik kalo kita selamatkan, kita coba pelihara di rumah..ini saya yakin termasuk konservasi. Tetapi kalau neps diambil di alamnya padahal mereka tidak (sedang) terganggu..untuk nantinya dijual berkardus-kardus - waduh, ini namanya pembantaian - Himbauan saya kepada penjual: 1. Hargai neps di alamnya, kalaupun anda terpaksa berjualan (dengan alasan apapun), tolong dilihat tidak semua hobiis dapat merawat neps hasil cabutan.. kadang-kadang setelah 6 bulan baru kelihatan apakah neps tersebut mampu beradaptasi atau tidak.. apalagi kalu yang dicabut jenis-jenis yang rentan ditambah faktor tinggal di dataran tinggi.. ampuun deh..(saya kira teman-teman hobbiis banyak yang dah merasakannya), babak belur ngurusnya..jadi berapa persen yang akan hidup?inikah yang dinamakan konservasi? 2. Dua jempol dari kami apabila anda berhasil membudidayakan, (dengan cara tidak mengambil dari hutan berkarung-karung ya), baik lewat stek, biji, anakkan, yang berarti hobiis hanya akan membeli neps yang benar-benar hasil budidaya. Jangan takut masalah harga, asal tanamannya bagus, sehat, hasil budidaya (yang artinya lebih adaptif), saya yakin banyak hobiis yang mau membeli dengan harga yang lebih mahal, ketimbang beli murah meriah tapi resiko mati-nya tinggi.. 3. Apabila fakta-nya anda melihat, mendengar, lahan yang dirusak, dimana terdapat neps-nya disana - anda butuh bantuan untuk menyelamatkan neps disana, sampaikan melalui kami, agar kita bisa bekerja sama dalam rangka konservasi.. 4. Apabila anda menemukan jenis baru, sampaikan melalui kami, agar kita bisa membantu identifikasi, kemudian kita umumkan ke dunia atau kalau memang kalo kita mau meniru orang asing : umumkan dulu, kemudian kita coba melakukan kloning, nanti hasil kloningnya kita jual ke seluruh dunia (dengan harga yang lebih mahal tentunya) . Artinya dalam konteks jual-beli kita tetap bisa mendapatkan uang (yang nantinya bisa buat ekspedisi mencari jenis baru lagi) tanpa harus merusak neps di alamnya.. 5. Apabila anda betul-betul ingin menjadikan neps tuan rumah di negara-nya sendiri, dan serius menekuni bidang ini, mulailah dari hal yang benar, kami siap mendampingi anda untuk berdiskusi - untuk membantu membenahi model manajemen anda, strategi penjualan , sampai ke metode perbanyakkan. Please jangan berpikir jangka pendek, lha kalo neps di hutan habis - siapa yang rugi, jangan sampai kita harus mengimpor mirabilis hijau dari negara lain nantinya - atau jangan sampai kita harus melihat ampul hijau di negara tetangga - atau lebih parah lagi nantinya neps di Indonesia hanya jadi dongeng? Catat baik-baik, kita semua yang akan merugi ! 6. Nah, kalo memang anda juga (saya yakin), punya niatan baik, yuuk diskusi sama-sama tentang penyelamatan neps, konservasi, sampai ke berbisnis yang baik disini - tidak ada alasan tidak bisa, toh anda semua kan bisa masuk ke forum ini, mungkin kita juga perlu belajar dari pengalaman anda di hutan, menemukan apa saja, de el el
Hormat saya sebagai newbie terhadap semua tulisan rekan-rekan disini..diskusi ini makin membuka cakrawala berpikir saya.. Silahkan diteruskan diskusi-nya tanpa harus berantem ya.. yuuk diterusin ngeteh sambil makan kolaknya..
|
|
|
Post by indra on Sept 19, 2008 20:48:11 GMT 7
thx bngt neeh Kang rajah n Pak dontknowwhy atas komentarnya dan kulasannya yg menyejukan dan lengkap.sangat berguna bagi saya yg nubie ini...sesejuk kolak yg d sruput ;D.mmng lebih enak membicarakan masalah ini dengan kepala dan hati yang dingin tanpa harus saling ejek.setelah saya baca dari komentar2 d atas terdapat mimpi dan tujuan yang sama,yaitu menjadikan nepenthes tuan rumah d negri sendiri. Salut untuk mas Adrian yg slama ini berusaha menjaga kelestarian Nepenthes di bumi Indonesia ini. bahkan klw saya tidak salah ada satu desa di daerah Baturaden yang saat ini sudah sukses membudidayakan N. Adrianii. Itu merupakan salah satu bukti dari kerja keras Mas Adrian dan teman2 di Divisi Nepenthes Indonesia. Knapa hal tersebut tidak d duplikasi d daerah lain? Salut juga untuk teman2 yg sudah memulai konservasi di daerahnya masing2 dengan caranya masing2.Mungkin masih ada kurang di sana sini.Nah bukankah tugas kita semua untuk membantu menutup kekurangan tersebut...memberikan ide dan masukan2 misalnya. Suatu keberuntungan ada beberapa teman di sini yang bisa mengakses langsung habitat Nepenthes d Alam. yang diharpkan adalah teman2 tersebut bisa menyempatkan waktu untuk memberikan informasi mengenai kehidupan Nepenthes d habitatnya...Suhu,Kelembaban udara,Intensitas sinar matahari,tingkat kebasahan media...Bukan hanya jalan2 dan pamer foto saja.Karena hal itu sangat berguna untuk pelestarian nepenthes ex-situ. Proviciat untuk Mas Adrian,Ibu Huya,Bang Danish dan teman2 lain yang sudah memulai pelestarian Nepenthes baik in-situ maupun ex-situ. yuuuk mari kita wujutkan mimpi kita untuk menjadikan Nepenthes tuan rumah d negrinya sendiri.
Maju terus Nepenthes Indonesia
|
|
|
Post by c3pot on Sept 19, 2008 23:57:00 GMT 7
Nambah ah kolaknya, buatan siapa neh Pak Imam, pisangnya pulen bener ............ hehehhehehehheheee ;D ;D ;D ;D 3. Apabila fakta-nya anda melihat, mendengar, lahan yang dirusak, dimana terdapat neps-nya disana - anda butuh bantuan untuk menyelamatkan neps disana, sampaikan melalui kami, agar kita bisa bekerja sama dalam rangka konservasi.. Dari pandangan pak Imam Ini, kita sadari bahwa kita atau KTKI ( saya sebut krn sudah terbentuk) belum cukup panjang untuk meraih/menjelajahi/mengamati/meneliti ataupun menyelamatkan serta mengembangkan kekayaan Nepe Indonesia yang berada di daerah yang begitu luas. Dari keterbatasan ini kita sangat membutuhkan mereka2, krn mereka2lah yang mengenal daerah dan tumbuhan2nya sendiri untuk menperkenalkan kepada kita serta membantu misi dan visi KTKI. Melalui diskusi-diskusi seperti ini, di forum ini ..... KTKI dapat menumbuhkan kecintaan mereka atau siapapun yg membacanya untuk berpikir menyelamatkan dan mengembangkan kekayaan daerahnya yang juga merupakan kekayaan kita bersama. Mari kita bergandengan tangan, berjabatan tangan, demi satu kebersamaan melestarikan/menyelamatkan Nepenthes Indonesia. :DPerbedaan itu indah, tergantung kita untuk menyikapinya. (Suatu harapan Indonesia Nepenthes Expo-nya pak Imam akan dapat menampilkan keaneka-ragaman Nepentes asli dan hibrid Indonesia dari daerahnya masing2) Yach, kolaknya abis tinggal Cumi ( Cuma Minum) ;D
|
|