huya
Regular Member
Posts: 21
|
Post by huya on Sept 16, 2008 22:19:25 GMT 7
Menjelajahi hutan sulawesi selalu menarik, dengan berjalannya waktu bumi selebes menurut hasil penelitian PU pegunungannya banyak menyimpan nikel, minyak dll. dgn berjalan waktu perlahan lahan terjadi explorasi hutan yg menyimpan hasil bumi dengan demikian tanaman langkah pelan pelan akan punah dihabitatnya,
|
|
reeve
Regular Member
Posts: 96
|
Post by reeve on Sept 17, 2008 8:28:20 GMT 7
mesti cepet2 diselamatin tuh nepe-nepenya, karena nggak mungkin kita bisa ngelawan laju eksploitasi hutan(duit besar)
|
|
|
Post by ohmygoodness on Sept 17, 2008 10:30:34 GMT 7
kalo saya bilang seh nepi dataran tinggi masi bisa tetep lestari dibanding dengan jenis nepi dataran rendah. yang notabene skrg makin gencar dibukanya perkebunan dan pertambangan. Jadi, otomatis spt jenis2 N. rafflesiana, N. bicalcarata, N. gracilis, N. mirabilis juga bisa punah.
|
|
|
Post by Rines Octavianus on Sept 17, 2008 10:37:00 GMT 7
Setuju,lagian trafic orang untuk sampai ke dataran tinggi sedikit,sekarang yang justru menjadi perhatian karena semakin banyak yang buka perkebunan kelapa sawit dan akhirnya pembabatan nepe trus di bakar atau di biarin kering dan mati,tragis......
|
|
|
Post by ohmygoodness on Sept 17, 2008 10:53:03 GMT 7
yah itu dia masalahnya.. Penduduk makin banyak.. terus demand minyak sawit juga makin banyak.. jadi yah perkebunan makin diperluas... Ekspor CPO dari Indonesia juga lumayan buat menambah devisa negara. Jadinya semua berseberangan.. Pusinkk dehh
|
|
|
Post by coleman on Sept 17, 2008 10:57:44 GMT 7
Bu huya, ada foto gak, habitat nepe di sulawesi ato habitat hutan sulawesi? Kan udah sering mnjelajahi hutan sulawesi,...
|
|
huya
Regular Member
Posts: 21
|
Post by huya on Sept 17, 2008 17:48:09 GMT 7
kalau foto2 banyak tapi ga tau cara postingnya dan butuh wkt lama, bulan nov 07 sy sempat ke kaki gunung lumut krn ga ada yg nekat naik terpaksa exp batal, hanya sempat liat anggrek dibw phn pinus sgt banyak, saat ini dit4 tsb ada pertambangan nikel dr australia, tgl 7 agustus saat check in di sukarno hatta sy over bagasi sy branikan diri tnya penumpang kepalu, sy dpt group bpk2 ternyata mereka operator dipertambangan tsb, smuanya sdh rata dgn tanah. maka lenyaplah 1 habitat anggrek
|
|
huya
Regular Member
Posts: 21
|
Post by huya on Sept 17, 2008 17:53:18 GMT 7
cip kalau babat lahan jangan lupa ambil tanaman langkahx dulu br tanam klapa sawit he he, pa dino wah syg skali kemarin ga ketemu di lap banteng,
|
|
|
Post by gymnamphora on Sept 17, 2008 21:11:29 GMT 7
Saya tanya,sebenarnya anda seorang ekplorer yang berniatan konservasi atau jualan nepe cabutan atas nama konservasi?
Sudah sering saya dengar para pedagang Nepe cabutan dengan dalil konservasi.. Klo anda memang berniat dagang nepe cabutan saya pikir tidak perlu kalimat "suci" konservasi dibawa2..
Klo anda memang seorang konservatoris bagaimana anda berpikir jangka panjang untuk penyelamatan Nepe? Apakah dengan menyabut ratusan atau ribuan Nepenthes dialam menyelesaikan masalah terhadap ancaman kepunahan?.
Dari pengalaman saya dilapangan,Nepenthes masih mampu survive di habitat yang terdegradasi..ancaman utama Nepenthes justru pemburu2 yang mengambil tanpa ampun, tanpa peduli tanaman kecil apa tanaman indukan.jangan lupa Nepenthes adalah tanaman berumah dua,dan kita tidak tahu dengan pasti komposisi keseimbangan antara jantan dan betina dialam..jika anda ambil tanaman induk,berapa yang anda musnahkan potensi keberlanjutan hidup Nepenthes dialam.
Klo pun ada yang menanam nepenthes untuk penyelamatan,seperti yang dilakukan rekan2 KTKI,saya tahu karena rekan2 KTKI ngeri/miris lihat ulah para hunter..yang melihat nepenthes sebagai barang dagangan bukan sebagai makhluk hidup.
Sekarang berapa banyak orang di Indonesia yang berkomitmen nanam tidak sampai mati sia2 hingga beranak pinak?kemudian disebarkan ke semua pecinta Nepenthes..?
Berapa tanaman yang akhirnya tidak terselamatkan dan berakhir di tong2 sampah? Seperti itu kah kita menghargai perjuangan hidup Nepenthes dialam?
Bukankah yang kita lihat dialam itu adalah salah satu dari sekian ribu calon tanaman yang hidup...bukti hidup keganasan seleksi alam..begitu mudahkah kita menyia2kan mereka? Seperti inikah konservasi?
Trims
|
|
|
Post by kakashi on Sept 18, 2008 8:48:04 GMT 7
Mbak Huya kalo memang mau jualan nepe mending masuk ke thread jual beli saja. Ngga usah pake embel-embel konservasi dah.. To the point aja.. Jadi ngga memancing pertanyaan bahkan perdebatan.. Masih pedih rasanya hati ini melihat maxima2 yang di ambil paksa dan dijual dalam keaadan mengerikan di lapangan banteng kemaren.. Kalo menurut logika saya sih nggak bakalan masuk deh seorang penjual nepe dari alam dan seorang konservator..
Peace..
|
|
huya
Regular Member
Posts: 21
|
Post by huya on Sept 18, 2008 16:46:42 GMT 7
sampai saat ini banyak orang dari pulau jawa menyeludupkan tanaman untuk diperdagangkan kepulau jawa diantaranya jatim, semarang, jakarta, sy orang sulawesi tentu tidak mau kecolongan, bukti nyata hamata dll bisa lolos keluar negeri bukankah iti kelalaian kita, sangat lucu kalau sampai kita import tanaman tsb pd hal asalnya dari bumi kita sendiri, SAMPAI KAPAN KITA KALAH CEPAT SAMA ORANG LUAR? saya sendiri lahir di sulteng sudah masuk keluar hutan belum tahu aslinya tapi orang luar sudah tahu,
konservasi dikebun sendiri membutuhkan modal cukup besar, dgn menjual 10% dari yang ada ditangkar bukankah hal yg wajar, saat ini hutan masih ada bagaimana dgn 5 tahun akan datang? mungkin tinggal fosilnya, fosil sj di buruh.
sampai saat ini sy belum perna masuk hutan lindung dan pantang ambil tanaman dari hutan lindung
10 tahun lagi mungkin sudah tidak ada hutan disulawesi??? dimana2 kebun sudah dipuncak gunung, kalimantan sudah tengelam dgn kelapa sawit dan minyak, sulteng dapat imbasnya gunung2 mulai jd dataran rendah, jika kalah cepat sm orang pertambangan tentu tingal kenangan, PEMERINTAH SJ TIDAK PEDULI ILEGAL LOGING APA LG SAMA TANAMAN KECIL,
|
|
huya
Regular Member
Posts: 21
|
Post by huya on Sept 18, 2008 17:00:01 GMT 7
INFO
Saya tidak perna menjual nept anggrek di pameran.
orang yg mencintai tanaman, mengkoleksi, menhargai harga jual, berarti orang tsb ikut melestarikan.
|
|
|
Post by gymnamphora on Sept 18, 2008 17:38:08 GMT 7
sampai saat ini banyak orang dari pulau jawa menyeludupkan tanaman untuk diperdagangkan kepulau jawa diantaranya jatim, semarang, jakarta, sy orang sulawesi tentu tidak mau kecolongan, bukti nyata hamata dll bisa lolos keluar negeri bukankah iti kelalaian kita, sangat lucu kalau sampai kita import tanaman tsb pd hal asalnya dari bumi kita sendiri, SAMPAI KAPAN KITA KALAH CEPAT SAMA ORANG LUAR? saya sendiri lahir di sulteng sudah masuk keluar hutan belum tahu aslinya tapi orang luar sudah tahu, konservasi dikebun sendiri membutuhkan modal cukup besar, dgn menjual 10% dari yang ada ditangkar bukankah hal yg wajar, saat ini hutan masih ada bagaimana dgn 5 tahun akan datang? mungkin tinggal fosilnya, fosil sj di buruh. sampai saat ini sy belum perna masuk hutan lindung dan pantang ambil tanaman dari hutan lindung 10 tahun lagi mungkin sudah tidak ada hutan disulawesi??? dimana2 kebun sudah dipuncak gunung, kalimantan sudah tengelam dgn kelapa sawit dan minyak, sulteng dapat imbasnya gunung2 mulai jd dataran rendah, jika kalah cepat sm orang pertambangan tentu tingal kenangan, PEMERINTAH SJ TIDAK PEDULI ILEGAL LOGING APA LG SAMA TANAMAN KECIL, Okay Mbak Huya,mungkin pemahaman konservasi yang anda pahami seperti halnya cerita nabi nuh dan bahteranya...semua diselamatkan dan semua terbebas dari kepunahan..(happy now?? tapi ada tapinya yang sangat disayangkan sekali, anda masih menjual Nepenthes cabutan..yang sebenarnya itu adalah suatu ironi untuk penyelamatan..saya bilang menjadi bias tujuan konservasi tersebut.... Mengenai perambahan/penyelundupan yang dikirim ke Jawa, kasus ini tidak hanya di sulawesi saja,sumatra dan kalimantan juga kena imbasnya..,itu terjadi karena para hunter atau Kapitalis pengekploitasi lebih menilai Nepenthes dari nilai nominalnya daripada sebagai makhluk hidup yang punya hak hidup..menyedihkan sekali.. Klo anda mengatakan Putra daerah yang tergugah,muncul rasa kebanggaan kedaerahan anda, saya rasa anda masih belum tepat,ada yang lebih berhak lagi, lihatlah bagaimana masyarakat didekat habitat Nepenthes yang rata2 masih dibawah taraf hidup,klo kata orang masih "nelangsa".. Seharusnya mereka lebih berhak untuk sejahtera dan menikmati hasil alam secara berkelanjutan,dengan kata lain tidak hanya menjarah tapi juga mengetahui bagaimana pembudidayaan agar tidak punah dan menjaga dialamnya karena sebagai asset daerah mereka.. ..tapi lihatlah apa yang terjadi kenyataannya mereka adalah korban penipuan oleh penjajah2 dalam negeri(bukan penjelajah lho,mirip tapi tak sama ,dengan imimg2 uang sedikit mereka ambil Nepenthes dengan jumlah sampai berkarung2,...setelah tanaman ludes baru mereka menyadari kerusakan yang telah dibuat tidak sebanding dengan hasil yang didapat... Penjajah untung karena bisa mendapatkan untung lebih,saya belum pernah dengar ada penjelajah eh penjajah yang mencerdaskan masyarakat didekat habitat Nepenthes.. "Tidak ada api klo tidak ada asap" kata rekan Team Nepenthes Sumatra berkomentar mengenai maraknya penjarahan.. Thanks
|
|
|
Post by gymnamphora on Sept 18, 2008 18:13:13 GMT 7
Mengenai "kita kalah cepat dengan orang luar negeri" akan tambah memalukan jika mengambil jalan pintas yang dianggap pantas...,ambil semua nepe dialam bla-bla-bla(saya kira tidak perlu diulangi)...malahan akan menunjukkan manusia Indonesia yang tidak bisa berpikir jangka panjang..
Orang luar negeri apabila terjun ke suatu bidang, totalitas dan sebelumnya telah studi litertur bertahun2..itu kuncinya terstruktur dan sistematis,
Bukan maksud merendahkan orang kita... Orang kita gampang kagetan,dengan kesuksesannya orang luar negeri (kata mas tukul gampang heran,katrok),dan setelah kaget biasanya berpikir pendek,membabi buta,yang malahan jadi konyol,tidak mengetahui bagaimana susahnya proses panjang untuk mencapai kesuksesan itu..orang kita terbiasa ambil kata suksesnya saja.. dan lagi2 jalan pintas yang dianggap pantas.
Sekarang klo anda berniat menjadi ekplorer,konservatioris,peneliti,pemerhati,apalagi ya..penjajah eh penjelajah,dekati Universitas2 yang mau diajak melakukan kajian ilmiah tanaman langka khususnya flora sulawesi..buatlah suatu karya..buktikan ke dunia luar..
Klo anda memang hunter,sudahlah tidak perlu bawa2 lagi kata2 konservasi,sudah tidak laku buat jualan....dan saya pikir anda juga tidak menjadi bias dengan identitas yang pasti itu... Jangan dibikin tidak jelas klo emang aslinya dah jelas..
Ya?Simple bukan?
|
|
|
Post by suhud on Sept 18, 2008 18:27:05 GMT 7
Tidak hanya Nepenthes tapi penjarahan LUMUT HUTAN juga ikut mengganggu ekosistem karena beberapa tanaman hidup diatas lumut tersebut (lumut jauh lebih lama tumbuhnya dibanding pakis). Menurut saya diskusi di forum ini justru sangat positifnya, beda pendapat bukan berarti harus saling bermusuhan...berdebat juga suatu hal yg wajar di dalam forum diskusi seperti ini.thanks
|
|